
Dampaknya Mengerikan, Shutdown Cepatlah Selesai!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 January 2019 12:02

Saat ekonomi AS betul-betul mandek, apa yang akan terjadi? Agak sulit menilainya, tetapi yang jelas dampaknya tidak main-main.
AS adalah perekonomian terbesar di planet bumi. Stagnasi ekonomi AS bisa memancing berhentinya arus perdagangan dan rantai pasok global. Jika sang lokomotif tidak bergerak, maka gerbong-gerbong di belakangnya tentu ikut diam.
Bagaimana dengan Indonesia? Tentu Indonesia akan merasakan dampaknya, dan itu tidak enteng.
AS adalah negara tujuan ekspor terbesar kedua bagi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor non-migas Indonesia ke AS mencapai US$ 17,67 miliar atau 10,03% dari total ekspor non-migas.
Sementara dari sisi investasi, AS juga menjadi salah satu negara penanam modal terbesar di Indonesia. Sepanjang Januari-September 2018, Penanaman Modal Asing (PMA) asal AS adalah US$ 1 miliar dolar yang tersebar di 512 proyek. AS berada di peringkat ke-7.
Jadi ketika ekonomi AS berhenti bergerak, maka ekspor dan investasi Indonesia akan ikut terhambat. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tentu menjadi seret.
Belum lagi kalau kita bicara bagaimana pertumbuhan ekonomi 0% di AS berdampak ke sentimen di pasar keuangan. Ini tentu akan menjadi sentimen negatif yang sangat besar, apalagi kalau sampai peringkat surat utang (rating) AS diturunkan.
Hassett menegaskan penurunan rating AS masih amat jauh. Namun apabila shutdown terus berlanjut, maka penurunan rating bukan hal yang mustahil. "
Apabila shutdown berlangsung sampai 1 Maret, dan batas utang (debt ceiling) AS menjadi masalah yang tidak terselesaikan, maka mungkin kami akan berpikir mengenai kerangka kebijakan. Apakah itu masih konsisten dengan (rating) AAA," ungkap James McCormack, Head of Sovereign Rating dari Fitch, mengutip CNBC International.
Ketika obligasi pemerintah AS, instrumen investasi teraman di duna, mengalami penurunan rating, maka bayangkan dampaknya pasar keuangan global. Kepanikan akan tercipta, karena benteng paling aman pun sudah runtuh.
Saat itu terjadi, maka pelaku pasar tentu tidak lagi berpikir mencari untung di instrumen berisiko. Semua akan mencari selamat masing-masing, melepas aset-aset di negara berkembang. Tentu bukan berita baik bagi IHSG, rupiah, dan obligasi pemerintah Indonesia.
Oleh karena itu, mari kita berharap agar gaduh politik anggaran di Washington segera selesai. Semoga ada jalan keluar yang membuat Trump dan legislatif bisa bertemu. Sebab kalau situasi semakin berlarut-larut, maka shutdown akan menjadi bola salju yang terus membesar dan menggilas semua yang ada di hadapannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
AS adalah perekonomian terbesar di planet bumi. Stagnasi ekonomi AS bisa memancing berhentinya arus perdagangan dan rantai pasok global. Jika sang lokomotif tidak bergerak, maka gerbong-gerbong di belakangnya tentu ikut diam.
Bagaimana dengan Indonesia? Tentu Indonesia akan merasakan dampaknya, dan itu tidak enteng.
Sementara dari sisi investasi, AS juga menjadi salah satu negara penanam modal terbesar di Indonesia. Sepanjang Januari-September 2018, Penanaman Modal Asing (PMA) asal AS adalah US$ 1 miliar dolar yang tersebar di 512 proyek. AS berada di peringkat ke-7.
Jadi ketika ekonomi AS berhenti bergerak, maka ekspor dan investasi Indonesia akan ikut terhambat. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tentu menjadi seret.
Belum lagi kalau kita bicara bagaimana pertumbuhan ekonomi 0% di AS berdampak ke sentimen di pasar keuangan. Ini tentu akan menjadi sentimen negatif yang sangat besar, apalagi kalau sampai peringkat surat utang (rating) AS diturunkan.
Hassett menegaskan penurunan rating AS masih amat jauh. Namun apabila shutdown terus berlanjut, maka penurunan rating bukan hal yang mustahil. "
Apabila shutdown berlangsung sampai 1 Maret, dan batas utang (debt ceiling) AS menjadi masalah yang tidak terselesaikan, maka mungkin kami akan berpikir mengenai kerangka kebijakan. Apakah itu masih konsisten dengan (rating) AAA," ungkap James McCormack, Head of Sovereign Rating dari Fitch, mengutip CNBC International.
Ketika obligasi pemerintah AS, instrumen investasi teraman di duna, mengalami penurunan rating, maka bayangkan dampaknya pasar keuangan global. Kepanikan akan tercipta, karena benteng paling aman pun sudah runtuh.
Saat itu terjadi, maka pelaku pasar tentu tidak lagi berpikir mencari untung di instrumen berisiko. Semua akan mencari selamat masing-masing, melepas aset-aset di negara berkembang. Tentu bukan berita baik bagi IHSG, rupiah, dan obligasi pemerintah Indonesia.
Oleh karena itu, mari kita berharap agar gaduh politik anggaran di Washington segera selesai. Semoga ada jalan keluar yang membuat Trump dan legislatif bisa bertemu. Sebab kalau situasi semakin berlarut-larut, maka shutdown akan menjadi bola salju yang terus membesar dan menggilas semua yang ada di hadapannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular