IHSG Bisa Turun Lagi, Cermati 6 Aksi Emiten Ini

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
24 January 2019 08:04
Rangkuman aksi korporasi emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah dengan pelemahan 0,26% ke level 6.451, Rabu (23/1/2019).

Pelemahan tersebut seiring dengan aksi jual saham investor asing. Tercatat, pelaku pasar asing hari ini mencatatkan penjualan bersih senilai Rp 332 miliar di pasar reguler. Jika dilihat dari awal tahun, asing masih mencatatkan pembelian bersih Rp 9,1 triliun.


Kinerja IHSG berkebalikan dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang ditransaksikan menguat: indeks Shanghai naik 0,05%, indeks Hang Seng naik 0,01%, dan indeks Kospi naik 0,47%.

Kemarin, ada beberapa peristiwa pada emiten-emiten dan layak disimak oleh investor sebelum perdagangan hari ini, Kamis (24/1/2019), dibuka.

1. Tambal Capex, XL Terbitkan Obligasi dan Sukuk Rp 2 T
PT XL Axiata Tbk (EXCL) akan menerbitkan surat utang atau obligasi senilai total Rp 2 triliun. Obligasi ini paling lambat akan ditawarkan kepada investor pada awal Februari dengan kisaran bunga mulai dari 7,90%-10,00%.

Berdasarkan prospektus yang dirilis perusahaan di Bursa Efek Indonesia, surat utang ini terdiri dari obligasi konvensional senilai Rp 1 triliun dan sukuk ijarah dengan nilai emisi yang sama. Rencananya seluruh dana dari instrumen utang ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan.

Untuk obligasi, seri A memiliki nilai emisi senilai Rp 290 miliar dengan tingkat bunga 7,90% per tahun dengan tenor 370 hari. Kemudian seri B senilai Rp 191 miliar dengan bunga 8,65% per tahun dan tenor 3 tahun.

Seri C senilai Rp 40 miliar dan tingkat bunga sebesar 9,25% dan akan jatuh tempo setelah 5 tahun penerbitan. Adapun seri D sebesar Rp 73 miliar dengan bunga 10% per tahun dan tenor selama 10 tahun. Sisa obligasi senilai Rp 406 miliar akan dijamin dengan kesanggupan terbaik (best effort).

2. Buka Tambang dan Bangun Smelter, Antam Siapkan Capex Rp 3 T
PT Aneka Tambang/Antam Tbk (ANTM) menganggarkan belanja modal sekitar Rp 3 triliun yang akan digunakan untuk melakukan sejumlah aksi korporasi di tahun ini, seperti pembukaan muka (front) tambang baru, pengembangan kerja sama di unit bauksit, dan potensi kerja sama blast furnace facility di Halmahera Timur.

Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramudhito menjelaskan, salah satu kerja sama tersebut dilakukan dengan induk holding pertambangan, PT Inalum (Persero).

"Untuk bauksit rencana besar kami adalah bekerja sama dengan holding kami, Inalum, untuk bangun smelter grade alumina di Mempawah, Kalimantan Barat. Dalam kerja sama ini, Antam sediakan bijih bauksitnya. Nah untuk mempersiapkan hal itu tentunya kami harus membuka tambang baru," kata Dimas dalam wawancara bersama CNBC Indonesia TV, di Jakarta, Rabu (23/1/2019).

Lebih lanjut, Dimas mengatakan, berdasarkan perhitungan perusahaan, untuk membuka tambang baru tersebut, dibutuhkan investasi sekitar US$50 juta.

"Kami sudah anggarkan untuk itu," tambah Dimas.

3. Perkuat Pasar RI, Michelin Akuisisi Multistrada Rp 6,2 T
Produsen ban asal Perancis, Michelin, mengakuisisi PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA). Akuisisi itu dilakukan Michelin untuk memperkuat pasar di Indonesia yang sedang berkembang dengan pesat.

Berdasarkan keterangan pers, Michelin mengakuisisi 80% saham Multistrada senilai US$439 juta (Rp 6,2 triliun), Selasa (22/1/2019) melalui pembiayaan internal perusahaan. Nantinya sesuai peraturan yang berlaku, Michelin akan melakukan penawaran wajib (tender offer) untuk sisa saham biasa dengan harga sama yang ditawarkan kepada 80% pemegang saham Michelin.

4. Pasca-akuisisi, Michelin Bisa Bangun Pabrik Lagi di Cikarang
Manajemen PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) menyatakan masih memiliki 50 hektare lahan yang berpotensi akan dibangun menjadi pabrik oleh Michelin pasca-akuisisi 80% saham perseroan selesai dilakukan.

Lahan milik Multistrada ini berlokasi di Cikarang, Jawa Barat yang berdekatan dengan pabrik milik perusahaan saat ini.

Direktur Utama Multistrada Arah Sarana Pieter Tanuri mengatakan rencana pengembangan perusahaan saat ini masih belum dibicarakan lebih lanjut bersama dengan calon pemegang saham yakni Compagnie Generale Des Etablissements Michelin (Michelin).

5. Persaingan Ketat, BNI akan Naikkan Suku Bunga Kredit

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) kemungkinan akan menaikan suku bunga kredit tahun ini. Keputusan tersebut berdasarkan kondisi industri perbankan yang masih bersaing karena likuiditas yang ketat.

"Kalau kita lihat tahun ini tentu saja kita akan lihat persaingannya. Likuiditas memang ketat sehingga suku bunga ketat. Kita tidak ingin gegabah juga. Tapi ada kemungkinan [suku bunga kredit naik] karena pasar semakin ketat," kata Direktur Keuangan Anggoro Eko Cahyo dalam acara Paparan Kinerja BNI Tahun 2018 di Jakarta, Rabu (23/1/2019).

Anggoro menyebut, belum ada besaran pasti kenaikan suku bunga kredit tahun ini. Pasalnya, Bank BNI akan fokus menjaga kualitas kreditnya.

6. Perkuat Bisnis, BNI Buka Opsi Akuisisi Bank Syariah
Manajemen PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menegaskan akan membuka beberapa opsi memperbesar pertumbuhan bisnis secara anorganik termasuk mengakuisisi bank syariah kendati sudah memiliki PT Bank BNI Syariah.

Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengatakan perseroan akan menjajaki peluang akuisisi tersebut termasuk bank syariah untuk melengkapi visi perseroan sebagai lembaga keuangan yang menguntungkan.

"Kami masih bisa akuisisi syariah lagi. Multifinance kecil masih bisa kami besarkan, potensinya masih ada. Kami sedang pelajari. Saya kasih tahu setengah saja. Mungkin yang [bank] kecil bisa kami ambil juga untuk kembangkan micro banking," kata Herry dalam konferensi pers Kinerja Full Year 2018, di Jakarta, Rabu (23/1/2019).


(prm) Next Article Rights Issue Lippo Karawaci hingga Rugi Rp 254 M Multistrada

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular