
Analisis Teknikal
Pelambatan Ekonomi China & Eropa Bikin Dolar AS Susah Turun
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
23 January 2019 19:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) masih bertahan di dekat level tertingginya dalam tiga minggu terakhir. Penguatan didapat setelah Bank of Japan mengumumkan kebijakan suku bunga yang tidak berubah, yang memberikan dorongan bagi dolar AS karena sweetener berkurang.
Investor global juga masih dibayangi tanda-tanda pelambatan ekonomi China hingga Eropa. Hal ini membuat investor kembali memeluk dolar AS.
Secara teknikal, dolar AS masih cenderung menguat dibandingkan dengan enam mata uang kuat dunia lainnya yang terangkum dalam dolar indeks (DXY). Hal ini terlihat dari posisi indeks dolar yang bergerak di atas rata-rata nilainya selama lima hari (moving average/MA5).
Mengacu pada indikator teknikal, yaitu rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD), indeks dolar masih pada posisi menguat atau golden cross.
Hingga berita ini di muat, indeks dolar berada pada level 96.26, melemah 0,04% dibandingkan hari sebelumnya. Meskipun melemah, dolar indeks masih pada level tinggi.
Suntikan tenaga terhadap dolar AS juga didapat dari proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas pertumbuhan ekonomi global. Hal ini membuat investor cemas dan kembali ke save haven dolar AS.
Christine Lagarde dan kolega meramal ekonomi global akan tumbuh 3,5% pada 2019. Lebih lambat dibandingkan proyeksi yang dibuat Oktober 2018 yaitu 3,7%.
IMF menyebutkan beberapa faktor yang dianggap menjadi pemberat laju pertumbuhan ekonomi global, antara lain perlambatan ekonomi China dan kemungkinan "No Deal Brexit".
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article IHSG Cetak Rekor, Perhatikan 4 Saham Ini
Investor global juga masih dibayangi tanda-tanda pelambatan ekonomi China hingga Eropa. Hal ini membuat investor kembali memeluk dolar AS.
Secara teknikal, dolar AS masih cenderung menguat dibandingkan dengan enam mata uang kuat dunia lainnya yang terangkum dalam dolar indeks (DXY). Hal ini terlihat dari posisi indeks dolar yang bergerak di atas rata-rata nilainya selama lima hari (moving average/MA5).
![]() |
Suntikan tenaga terhadap dolar AS juga didapat dari proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas pertumbuhan ekonomi global. Hal ini membuat investor cemas dan kembali ke save haven dolar AS.
Christine Lagarde dan kolega meramal ekonomi global akan tumbuh 3,5% pada 2019. Lebih lambat dibandingkan proyeksi yang dibuat Oktober 2018 yaitu 3,7%.
IMF menyebutkan beberapa faktor yang dianggap menjadi pemberat laju pertumbuhan ekonomi global, antara lain perlambatan ekonomi China dan kemungkinan "No Deal Brexit".
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article IHSG Cetak Rekor, Perhatikan 4 Saham Ini
Most Popular