Tarik Ulur Sentimen, Bursa Asia Menguat Tipis

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 January 2019 18:25
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona hijau pada hari ini.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona hijau pada hari ini, Rabu (23/1/2019) walaupun tipis. Indeks Shanghai naik 0,05%, indeks Hang Seng naik 0,01%, dan indeks Kospi naik 0,47%, sementara itu, indeks Nikkei turun 0,14% dan indeks Straits Times turun 0,68%.

Tarik ulur sentimen positif dan negatif membuat bursa saham regional bergerak dalam rentang yang tipis.

Kabar positif bagi bursa saham regional datang dari China. Kementerian Keuangan China hari ini menegaskan komitmennya untuk menggelontorkan stimulus fiskal pada tahun ini, termasuk pemotongan tingkat pajak dan biaya lebih lanjut.

Para ekonom mengatakan bahwa stimulus fiskal tersebut bisa diumumkan pada pertemuan parlemen tahunan pada Maret mendatang.

Stimulus fiskal ini diberikan guna mendukung laju ekonomi Negeri Panda. Pada hari Senin (21/1/2019), perekonomian China diumumkan tumbuh sebesar 6,6% tahun 2018, laju terlemah sejak 1990.

Pada 2018, China memberikan stimulus fiskal berupa pemotongan tingkat pajak dan biaya senilai CNY 1,3 triliun.

Melansir Reuters, beberapa analis kini percaya bahwa China dapat memberlakukan pemotongan pajak dan biaya senilai CNY 2 triliun.

Selain itu, China juga diyakini akan memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (special bond) senilai CNY 2 triliun yang sebelumnya banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting.

Di sisi lain, sentimen negatif datang dari rapor merah ekonomi Jepang. Hari ini, ekspor periode Desember 2018 diumumkan terkontraksi sebesar 3,8% YoY, lebih buruk dari konsensus yang hanya memperkirakan kontraksi sebesar 1,9% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor hanya tumbuh 1,9% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 3,7% YoY.

Rilis data tersebut semakin mengonfirmasi tekanan terhadap perekonomian Jepang. Belum lama ini, inflasi Jepang periode Desember 2018 diumumkan sebesar 0,3% YoY, jauh melambat dari capaian November yang sebesar 0,8% YoY. Laju inflasi bulan Desember juga merupakan yang terlambat sejak Oktober 2017.

Lemahnya perekonomian Jepang kemudian dikonfirmasi lagi oleh Bank of Japan (BoJ) yang menahan tingkat suku bunga acuan di level -0,1%. Tak hanya menahan tingkat suku bunga acuan di level yang super rendah, BoJ juga memangkas proyeksi inflasinya.

BOJ memangkas proyeksi inflasi inti menjadi 0,9% pada tahun fiskal yang dimulai April, dari yang sebelumnya 1,4%. Ini adalah penurunan proyeksi keempat untuk inflasi tahun fiskal 2019 yang dilakukan bank sentral sejak April 2017. BoJ juga memangkas proyeksi inflasi inti untuk tahun fiskal 2020 menjadi 1,4%, dari yang sebelumnya 1,5%.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular