
Investor Asing Akhirnya Jualan, IHSG Ditutup Melemah 0,27%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 January 2019 16:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat meraskan manisnya zona hijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus rela mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,27% ke level 6.451,17.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 10,27 triliun dengan volume sebanyak 13,39 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 502.938 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,79%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-2%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-3,55%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-2,16%), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-2,41%).
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru ditransaksikan menguat, walaupun tipis saja: indeks Shanghai naik 0,05%, indeks Hang Seng naik 0,01%, dan indeks Kospi naik 0,47%.
Kabar positif bagi bursa saham regional datang dari China. Kementerian Keuangan China pada hari ini menegaskan komitmennya untuk menggelontorkan stimulus fiskal pada tahun ini, termasuk pemotongan tingkat pajak dan biaya lebih lanjut. Para ekonom mengatakan bahwa stimulus fiskal tersebut bisa diumumkan pada pertemuan parlemen tahunan di bulan Maret.
Stimulus fiskal ini diberikan guna mendukung laju ekonomi Negeri Panda. Pada hari Senin (21/1/2019), ekonomi China diumumkan tumbuh sebesar 6,6% pada tahun 2018, laju terlemah sejak 1990.
Pada tahun 2018, China memberikan stimulus fiskal berupa pemotongan tingkat pajak dan biaya senilai CNY 1,3 triliun. Melansir Reuters, beberapa analis kini percaya bahwa China dapat memberlakukan pemotongan pajak dan biaya senilai CNY 2 triliun. Selain itu, China juga diyakini akan memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (special bond) senilai CNY 2 triliun yang sebelumnya banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting.
Di sisi lain, tekanan bagi bursa saham regional datang dari rapor merah ekonomi Jepang. Pada hari ini, ekspor periode Desember 2018 diumumkan terkontraksi sebesar 3,8% YoY, lebih buruk dari konsensus yang hanya memperkirakan kontraksi sebesar 1,9% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor hanya tumbuh 1,9% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 3,7% YoY.
Rilis data tersebut semakin mengonfirmasi tekanan terhadap perekonomian Jepang. Belum lama ini, inflasi Jepang periode Desember 2018 diumumkan sebesar 0,3% YoY, jauh melambat dari capaian November yang sebesar 0,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Laju inflasi bulan Desember juga merupakan yang terlambat sejak Oktober 2017.
Lemahnya perekonomian Jepang kemudian dikonfirmasi lagi oleh Bank of Japan (BoJ) yang menahan tingkat suku bunga acuan di level -0,1%. Tak hanya menahan tingkat suku bunga acuan di level yang super rendah, BoJ juga memangkas proyeksi inflasinya.
BOJ memangkas proyeksi inflasi inti menjadi 0,9% pada tahun fiskal yang dimulai April, dari yang sebelumnya 1,4%. Ini adalah penurunan proyeksi keempat untuk inflasi tahun fiskal 2019 yang dilakukan bank sentral sejak April 2017. BoJ juga memangkas proyeksi inflasi inti untuk tahun fiskal 2020 menjadi 1,4%, dari yang sebelumnya 1,5%. Pasca selalu mencatatkan beli bersih di sepanjang tahun 2019, akhirnya investor asing membukukan jual bersih pada hari ini. Hingga akhir perdagangan, jual bersih investor asing di pasar saham tanah air adalah senilai Rp 142,4 miliar.
Sentimen negatif yang datang dari Jepang dijadikan justifikasi oleh investor asing untuk melakukan aksi ambil untung. Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin, 22/1/2019), IHSG telah melejit sebesar 4,42%.
5 besar saham yang dilepas oleh investor asing adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 247,9 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 89,3 miliar), PT Sarana Menara Nusantara Tbk/TOWR (Rp 52,3 miliar), PT Waskita Karya Tbk/WSKT (Rp 41,5 miliar), dan PT Medikaloka Hermina Tbk/HEAL (Rp 28,5 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Waduh! Investor Asing Kabur dari 10 Emiten Kala IHSG Merah
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 10,27 triliun dengan volume sebanyak 13,39 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 502.938 kali.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,79%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-2%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-3,55%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-2,16%), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-2,41%).
Kabar positif bagi bursa saham regional datang dari China. Kementerian Keuangan China pada hari ini menegaskan komitmennya untuk menggelontorkan stimulus fiskal pada tahun ini, termasuk pemotongan tingkat pajak dan biaya lebih lanjut. Para ekonom mengatakan bahwa stimulus fiskal tersebut bisa diumumkan pada pertemuan parlemen tahunan di bulan Maret.
Stimulus fiskal ini diberikan guna mendukung laju ekonomi Negeri Panda. Pada hari Senin (21/1/2019), ekonomi China diumumkan tumbuh sebesar 6,6% pada tahun 2018, laju terlemah sejak 1990.
Pada tahun 2018, China memberikan stimulus fiskal berupa pemotongan tingkat pajak dan biaya senilai CNY 1,3 triliun. Melansir Reuters, beberapa analis kini percaya bahwa China dapat memberlakukan pemotongan pajak dan biaya senilai CNY 2 triliun. Selain itu, China juga diyakini akan memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (special bond) senilai CNY 2 triliun yang sebelumnya banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting.
Di sisi lain, tekanan bagi bursa saham regional datang dari rapor merah ekonomi Jepang. Pada hari ini, ekspor periode Desember 2018 diumumkan terkontraksi sebesar 3,8% YoY, lebih buruk dari konsensus yang hanya memperkirakan kontraksi sebesar 1,9% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor hanya tumbuh 1,9% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 3,7% YoY.
Rilis data tersebut semakin mengonfirmasi tekanan terhadap perekonomian Jepang. Belum lama ini, inflasi Jepang periode Desember 2018 diumumkan sebesar 0,3% YoY, jauh melambat dari capaian November yang sebesar 0,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Laju inflasi bulan Desember juga merupakan yang terlambat sejak Oktober 2017.
Lemahnya perekonomian Jepang kemudian dikonfirmasi lagi oleh Bank of Japan (BoJ) yang menahan tingkat suku bunga acuan di level -0,1%. Tak hanya menahan tingkat suku bunga acuan di level yang super rendah, BoJ juga memangkas proyeksi inflasinya.
BOJ memangkas proyeksi inflasi inti menjadi 0,9% pada tahun fiskal yang dimulai April, dari yang sebelumnya 1,4%. Ini adalah penurunan proyeksi keempat untuk inflasi tahun fiskal 2019 yang dilakukan bank sentral sejak April 2017. BoJ juga memangkas proyeksi inflasi inti untuk tahun fiskal 2020 menjadi 1,4%, dari yang sebelumnya 1,5%. Pasca selalu mencatatkan beli bersih di sepanjang tahun 2019, akhirnya investor asing membukukan jual bersih pada hari ini. Hingga akhir perdagangan, jual bersih investor asing di pasar saham tanah air adalah senilai Rp 142,4 miliar.
Sentimen negatif yang datang dari Jepang dijadikan justifikasi oleh investor asing untuk melakukan aksi ambil untung. Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin, 22/1/2019), IHSG telah melejit sebesar 4,42%.
5 besar saham yang dilepas oleh investor asing adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 247,9 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 89,3 miliar), PT Sarana Menara Nusantara Tbk/TOWR (Rp 52,3 miliar), PT Waskita Karya Tbk/WSKT (Rp 41,5 miliar), dan PT Medikaloka Hermina Tbk/HEAL (Rp 28,5 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Waduh! Investor Asing Kabur dari 10 Emiten Kala IHSG Merah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular