Dolar Tampak Tak Berdaya di Hadapan Rupiah, Gegara China?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 January 2019 13:31
Dolar Tampak Tak Berdaya di Hadapan Rupiah, Gegara China?
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih perkasa melawan dolar AS. Dibuka menguat 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.190/US$, rupiah telah melipatgandakan penguatannya menjadi 0,28% hingga pukul 13:00 WIB ke level Rp 14.170/US$.

Kinerja rupiah senada dengan mayoritas mata uang negara Asia lainnya yang juga berhasil mengungguli dolar AS. Penguatan rupiah menjadi yang terbesar ketiga setelah won dan yuan.



Agresifnya pemerintah China dalam menetralisir tekanan terhadap perekonomian membuat investor di pasar keuangan Indonesia berani memasang mode risk-on dengan memburu instrumen berisiko seperti saham. Akibatnya, dolar AS selaku safe haven menjadi ditinggalkan.

Hingga akhir sesi 1, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan penguatan sebesar 0,13% ke level 6.476,98.

Kementerian Keuangan China pada hari ini menegaskan komitmennya untuk menggelontorkan stimulus fiskal pada tahun ini, termasuk pemotongan tingkat pajak dan biaya lebih lanjut. Para ekonom mengatakan bahwa stimulus fiskal tersebut bisa diumumkan pada pertemuan parlemen tahunan di bulan Maret.

Stimulus fiskal ini diberikan guna mendukung laju ekonomi Negeri Panda. Pada hari Senin (21/1/2019), ekonomi China diumumkan tumbuh sebesar 6,6% pada tahun 2018, laju terlemah sejak 1990.

Pada tahun 2018, China memberikan stimulus fiskal berupa pemotongan tingkat pajak dan biaya senilai CNY 1,3 triliun. Melansir Reuters, beberapa analis kini percaya bahwa China dapat memberlakukan pemotongan pajak dan biaya senilai CNY 2 triliun. Selain itu, China juga diyakini akan memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (special bond) senilai CNY 2 triliun yang sebelumnya banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting. Selain ditopang oleh mode risk-on yang sedang diaktifkan oleh pelaku pasar, laju rupiah juga tertolong oleh koreksi harga minyak mentah dunia. Pada perdagangan kemarin (22/1/2019), harga minyak WTI kontrak acuan anjlok 2,29%, sementara brent ambruk 1,98%.

Pada hari ini, sejatinya harga minyak mentah sudah kembali bangkit, namun masih tipis: harga minyak WTI naik 0,3%, sementara brent menguat 0,37%.

Koreksi harga minyak mentah tentu menjadi kabar gembira bagi rupiah. Koreksi harga minyak mentah dapat membuat defisit perdagangan migas yang menjadi biang kerok bengkaknya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) menjadi menipis.

Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014, seiring dengan besarnya defisit perdagangan migas.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular