Penguatan Rupiah & Angin Segar China Bawa IHSG Naik 0,13%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 January 2019 12:41
Penguatan Rupiah & Angin Segar China Bawa IHSG Naik 0,13%
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat tertekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi 1 dengan penguatan sebesar 0,13% ke level 6.476,98.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,03%, indeks Shanghai naik 0,07%, indeks Hang Seng naik 0,06%, dan indeks Kospi naik 0,35%.

Kabar buruk yang datang dari Negeri Sakura membuat bursa saham regional termasuk Indonesia sempat harus merasakan pahitnya zona merah. Pada hari ini, ekspor Jepang periode Desember 2018 diumumkan terkontraksi sebesar 3,8% YoY, lebih buruk dari konsensus yang hanya memperkirakan kontraksi sebesar 1,9% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor hanya tumbuh 1,9% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 3,7% YoY.

Rilis data tersebut semakin mengonfirmasi tekanan terhadap perekonomian Jepang. Belum lama ini, inflasi Jepang periode Desember 2018 diumumkan sebesar 0,3% YoY, jauh melambat dari capaian November yang sebesar 0,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Laju inflasi bulan Desember juga merupakan yang terlambat sejak Oktober 2017.

Namun, sentimen negatif tersebut berhasil dikalahkan oleh sentimen positif yang berasal dari China. Kementerian Keuangan China pada hari ini menegaskan komitmennya untuk menggelontorkan stimulus fiskal pada tahun ini, termasuk pemotongan tingkat pajak dan biaya lebih lanjut. Para ekonom mengatakan bahwa stimulus fiskal tersebut bisa diumumkan pada pertemuan parlemen tahunan di bulan Maret.

Stimulus fiskal ini diberikan guna mendukung laju ekonomi Negeri Panda. Pada hari Senin (21/1/2019), ekonomi China diumumkan tumbuh sebesar 6,6% pada tahun 2018, laju terlemah sejak 1990.

Pada tahun 2018, China memberikan stimulus fiskal berupa pemotongan tingkat pajak dan biaya senilai CNY 1,3 triliun. Melansir Reuters, beberapa analis kini percaya bahwa China dapat memberlakukan pemotongan pajak dan biaya senilai CNY 2 triliun.

Selain itu, China juga diyakini akan memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (special bond) senilai CNY 2 triliun yang sebelumnya banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting.

Jika dibandingkan dengan Jepang, China memang lebih penting dalam tatanan perekonomian dunia. Pasalnya, nilai perekonomian China merupakan yang terbesar kedua di dunia, sementara Jepang berada di posisi tiga.

Melansir publikasi World Economic Outlook periode Oktober 2018 yang dirilis oleh International Monetary Fund (IMF), perekonomian China memiliki nilai sebesar US$ 14,17 triliun, sementara nilai perekonomian Jepang hanya sebesar US$ 5,22 triliun.

Jika stimulus moneter yang dijanjikan benar diberikan dan berhasil menahan perlambatan ekonomi di Negeri Panda, tentu perekonomian negara-negara kawasan Asia akan ikut merasakan dampak positifnya. Keperkasaan rupiah terhadap dolar AS juga membangkitkan minat investor untuk masuk ke pasar saham tanah air. Hingga tengah hari, rupiah menguat 0,35% di pasar spot ke level Rp 14.160/dolar AS.

Pada perdagangan kemarin (22/1/2019), harga minyak WTI kontrak acuan anjlok 2,29%, sementara brent ambruk 1,98%. Kemudian pada hari ini, harga minyak WTI melemah 0,11%, sementara brent turun 0,02%.

Koreksi harga minyak mentah tentu menjadi kabar gembira bagi rupiah. Koreksi harga minyak mentah dapat membuat defisit perdagangan migas yang menjadi biang kerok bengkaknya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) menjadi menipis.

Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014, seiring dengan besarnya defisit perdagangan migas.

Seiring dengan penguatan rupiah, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 26,6 miliar hingga akhir sesi 1. Jika bertahan sampai akhir perdagangan, maka investor asing akan membukukan beli bersih selama 18 hari berturut-turut di pasar saham tanah air.

5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 97,2 miliar), PT Bank Danamon Tbk/BDMN (Rp 62,2 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 44,5 miliar), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (Rp 27,2 miliar), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 17,5 miliar).

IHSG sementara menguat dan melanjutkan tren kenaikan. Indeks kembali berpeluang mengakhiri perdagangan di zona hijau. Terbentuknya pola short white candle mengindikasikan potensi penguatan, merupakan pola lanjutan uptrend.

Penguatan tersebut juga terlihat dari indikator teknikal rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD). Di mana saat ini posisinya membentuk pola golden cross.

Penguatan Rupiah & Angin Segar China Bawa IHSG Naik 0,13%Foto: CNBC Indonesia/Yazid Muamar



Level penghalang kenaikan (resistance) yang berpotensi untuk di uji berada di 6.500, di mana IHSG diasumsikan masih memiliki kecenderungan menguat dengan bergerak di atas garis rata-rata nilainya selama lima hari (moving average/MA5).

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank/hps) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular