Duh, Gara-Gara China Harga Batu Bara Turun Lagi

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
22 January 2019 10:49
Produksi batu bara China pada periode Desenver 2018 meningkat 2,1% dari tahun sebelumnya (y-o-y)
Foto: Para pekerja berkumpul di pintu masuk pabrik pencucian batu bara di Jincheng, provinsi Shanxi, China. REUTERS/Joseph Campbell
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle yang menjadi patokan pasar global mulai melemah. Pada penutupan perdagangan kemarin (21/1/2019) harga batu bara Newcastle turun 0,4% ke posisi US$ 99,35/metrik ton, setelah sebelumnya juga melemah 0,55% pada perdagangan akhir minggu lalu (18/1/2019).

Padahal sejak pekan lalu, harga batu bara sudah naik 2,05% secara point-to-point, sedangkan dari awal tahun 2019 performa komoditas ini tercatat minus 2,6%.



Tekanan pada harga batu bara bertambah seiring meningkatnya produksi Negeri Tirai Bambu yang meningkat.

Kemarin, Biro Statistik Nasional China merilis data produksi batu bara domestik periode Desember 2018. Hasilnya, produksi batu bara China pada periode tersebut meningkat 2,1% dari tahun sebelumnya (y-o-y), dan juga merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun.

Tingginya produksi tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan akibat musim dingin. Selain itu, banyaknya tambang batu bara yang baru dibuka juga turut meningkatkan produksi.

Sebagai informasi, pada tahun 2018 pemerintah China menyetujui anggaran untuk proyek tambang batu bara baru senilai US$ 6,64 miliar, jauh lebih tinggi daripada tahun 2017.

Adanya tambahan tambang baru membuat produksi batu bara sepanjang tahun 2018 meningkat 5,2% ke level tertinggi sejak 2015, yaitu sebesar 3,55 miliar ton.

Selain itu, sinyal-sinyal perlambatan ekonomi dunia juga makin menekan harga batu bara. Kabar terbaru dari datang dari World Economic Forum (WEF), di mana sebelum acara dimulai Dana Moneter Internasional mengumumkan revisi prediksi pertumbuhan ekonomi dunia yang telah diumumkan bulan Oktober lalu.

Sayangnya hasil revisi menunjukkan kondisi yang tambah parah, perkiraan terbaru pertumbuhan ekonomi global versi IMF turun 0,2% menjadi 3,5% di tahun 2019.

Pemangkasan nilai prediksi tersebut dipicu oleh sejumlah faktor, mulai dari perlambatan ekonomi di Eropa dan China, perang dagang AS-China, dan kemungkinan No Deal Brexit.

Bayang-bayang perlambatan ekonomi dunia membuat pasar semakin khawatir permintaan energi tahun ini akan terpangkas banyak. Wajar saja karena bila ekonomi melambat, permintaan energi yang salah satunya berasal dari batu bara juga akan terpangkas.

Meski demikian, beberapa penambang memprediksi pasokan batu bara domestik akan menurun secara signifikan di Januari 2019. Sebab, pada 13 Januari lalu kecelakaan salah satu tambang di provinsi Shaanxi membuat pemerintah setempat makin memperketat aturan pertambangan, terutama bagi pertambangan liar.

"Sekarang ini sangat mungkin pemerintah Shaanxi menerapkan peraturan yang sangat ketat untuk pertambangan ilegal, yang mana bisa memangkas produksi provinsi tersebut tahun ini," ujar Zhai Yu, konsultan senior Wood Mackenzie pada catatan yang diterbitkan minggu lalu, mengutip Reuters.

Sebagai informasi, provinsi Shaanxi menyumbang 20% dari total produksi tahunan batu bara China.

Bila produksi domestik benar-benar terhambat, maka permintaan impor batu bara China dapat meningkat. Permintaan impor China sebagai negara yang menguasai lebih dari separuh konsumsi batu bara dunia sudah tentu akan mempengaruhi pasar.

"bila implementasi aturan yang lebih ketat meluas ke provinsi lain, pasokan domestik bisa terhambat, dan akan membuka jalan bagi batu bara impor," tambah Zhai Yu dalam tulisannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular