Masihkah January Effect Tersisa Bagi IHSG?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 January 2019 16:05
IHSG & Rupiah Bergerak Anomali
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
IHSG dan rupiah belakangan ini mulai menunjukkan anomali dalam pergerakannya. Sepanjang pekan lalu, IHSG menguat 1,33%, sementara rupiah justru melemah 0,92% di hadapan dolar AS.

Rupiah melemah seiring dengan melesatnya harga minyak mentah dunia. Sepanjang pekan kemarin, harga minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2019 meroket 4,28%, sementara minyak brent kontrak pengiriman Maret 2019 melesat 3,67%.

Perkasanya harga minyak mentah tentu menjadi kabar buruk bagi rupiah, lantaran bisa memperparah defisit perdagangan minyak dan gas (migas) yang pada akhirnya akan membuat defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) kian lebar.

Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014, seiring dengan besarnya defisit perdagangan migas.

Pada hari ini, harga minyak mentah dunia masih membukukan penguatan: harga minyak WTI menguat 0,22%, sementara brent naik 0,11%. Sentimen positif bagi harga minyak mentah dunia salah satunya datang dari aura damai dagang AS-China.

Bloomberg melaporkan bahwa China memberikan penawaran untuk menaikkan impor produk-produk asal AS selama 6 tahun ke depan dengan nilai total mencapai lebih dari US$ 1 triliun, seperti dikutip dari CNBC International.

Penawaran ini diberikan China kala melakukan negosiasi dengan AS di Beijing pada awal bulan ini. Penawaran ini bertujuan untuk membuat neraca dagang China-AS impas pada tahun 2024. Pada tahun 2018, China membukukan surplus neraca dagang senilai US$ 323 miliar dengan AS.

Jika harga minyak mentah terus membukukan kenaikan, akan sulit bagi IHSG untuk terus membukukan penguatan. Pada satu titik, IHSG akan tergerus turun lantaran penguatan harga minyak mentah dunia akan membuat rupiah kembali melemah. (ank/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular