
Gawat! Rupiah Terlemah di Asia dan Dekati Rp 14.200/US$!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 January 2019 15:27

Investor ramai-ramai menghindari pasar valas Asia karena suramnya perkembangan di Inggris. Pelaku pasar masih menantikan dinamika seputar Brexit setelah proposal perceraian dengan Uni Eropa yang disusun pemerintahan Perdana Menteri Theresa May kandas dalam voting parlemen.
Bahkan May sampai terancam kehilangan posisinya karena parlemen kemudian mengajukan mosi tidak percaya. Beruntung voting kali ini memihak May dengan skor 325-306.
Namun risiko besar masih membayangi Negeri Ratu Elizabeth. Pelaku usaha meminta urusan Brexit untuk segera diselesaikan, atau minimal ada kejelasan.
"Kami tetap beranggapan bahwa No Deal Brexit (Inggris tidak mendapatkan kompensasi apapun dari perpisahan dengan Uni Eropa) adalah jalan terakhir. Namun kami juga menyadari bahwa ada ketidakpastian setelah voting kemarin. Oleh karena itu, kami ingin agar pemerintah dan parlemen Inggris bekerja sama untuk menghindari No Deal Brexit, yang akan menyebabkan bencana bagi industri otomotif," papar Bob Shanks, Chief Financial Officer Ford, mengutip Reuters.
Di bidang logistik, No Deal Brexit akan menyebabkan pemeriksaan kepabeanan lebih panjang dan memakan waktu. Jens Bjorn Andersen, CEO DSV (perusahaan perkapalan asal Denmark), memperkirakan antrean pemeriksaan pabean di Selat Inggris bisa menyebabkan antrean kapal sepanjang 130 km.
Sentimen negatif dari Inggris ini masih kental mewarnai pergerakan pasar. Sikap main aman pun terlihat dengan keperksaan aset-aset safe haven seperti yen.
Dengan dinamika Brexit yang masih penuh tanda tanya, mungkin saja investorĀ berharap ada sedikit pemanis untuk berinvestasi di Indonesia. Pemanis itu bisa berupa kenaikan suku bunga acuan.
Namun BI, sesuai perkiraan, tidak membuat kejutan. Tidak ada kenaikan suku bunga acuan, sehingga mungkin membuat investor kecewa.
Tanpa pemanis, rupiah pun menjadi kurang menarik. Akhirnya rupiah seakan 'dihukum' oleh pasar, mengalami tekanan jual, dan menjadi mata uang terlemah di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Bahkan May sampai terancam kehilangan posisinya karena parlemen kemudian mengajukan mosi tidak percaya. Beruntung voting kali ini memihak May dengan skor 325-306.
Namun risiko besar masih membayangi Negeri Ratu Elizabeth. Pelaku usaha meminta urusan Brexit untuk segera diselesaikan, atau minimal ada kejelasan.
Di bidang logistik, No Deal Brexit akan menyebabkan pemeriksaan kepabeanan lebih panjang dan memakan waktu. Jens Bjorn Andersen, CEO DSV (perusahaan perkapalan asal Denmark), memperkirakan antrean pemeriksaan pabean di Selat Inggris bisa menyebabkan antrean kapal sepanjang 130 km.
Sentimen negatif dari Inggris ini masih kental mewarnai pergerakan pasar. Sikap main aman pun terlihat dengan keperksaan aset-aset safe haven seperti yen.
Dengan dinamika Brexit yang masih penuh tanda tanya, mungkin saja investorĀ berharap ada sedikit pemanis untuk berinvestasi di Indonesia. Pemanis itu bisa berupa kenaikan suku bunga acuan.
Namun BI, sesuai perkiraan, tidak membuat kejutan. Tidak ada kenaikan suku bunga acuan, sehingga mungkin membuat investor kecewa.
Tanpa pemanis, rupiah pun menjadi kurang menarik. Akhirnya rupiah seakan 'dihukum' oleh pasar, mengalami tekanan jual, dan menjadi mata uang terlemah di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular