The Fed Sudah Jinak, Akankah BI Ikut Lunak?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 January 2019 11:50
Tergantung Transaksi Berjalan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (REUTERS/Willy Kurniawan)
Bagaimana kira-kira arah kebijakan BI? Perry menyatakan bank sentral masih akan berpegang teguh pada prinsip preemtif dan ahead the curve. Artinya, BI tidak ingin ketinggalan kereta dalam mengikuti tren suku bunga global bahkan kalau bisa selangkah di depan. 

Dengan The Fed dan ECB yang mengendurkan pedal gas, kemungkinan besar BI akan melakukan hal serupa. Ada peluang bagi BI untuk menghentikan dulu siklus kenaikan suku bunga acuan. 

Ditambah lagi sejauh ini rupiah dan inflasi domestik masih terjaga. Sejak akhir 2018 hingga kemarin, rupiah sudah menguat 1,81%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, penguatan rupiah mencapai 3,35%. 

Inflasi pun kemungkinan tidak mengalami tekanan berarti pada 2019. Apalagi pemerintah berjanji untuk tidak menaikkan tarif listrik sampai akhir tahun. 

Artinya, banyak ruang yang tersedia bagi BI untuk menahan suku bunga acuan. Bahkan mungkin saja BI 7 Day Reverse Repo Rate diturunkan kalau bank sentral kemudian mengalihkan fokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Namun jangan senang dulu. Perry menegaskan bahwa kebijakan moneter BI masih diutamakan untuk menjaga stabilitas. Sementara untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, BI masih memilih menggunakan kebijakan makroprudensial. 

Selain itu, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo pernah menegaskan bahwa kebijakan moneter BI kini lebih bertujuan untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan (current account driven monetary policy). Ini bisa diartikan selama transaksi berjalan Indonesia masih bermasalah, maka kemungkinan pelonggaran moneter masih jauh panggang dari api. 

Pada kuartal IV-2018, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan masih di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jadi kalau berpatokan pada 2018, maka pelonggaran moneter belum bisa ditempuh karena defisit masih cukup besar. 

Oleh karena itu, patut dinantikan bagaimana kinerja transaksi berjalan pada kuartal I-2019. Ini bisa dibaca dari rilis neraca perdagangan pada Januari, Februari, dan Maret. Jika kembali mencetak defisit beruntun seperti pada 3 bulan terakhir 2018, maka transaksi berjalan kuartal I-2019 belum bisa membaik sehingga BI belum bisa mengendurkan ikat pinggang. 

So, bagaimana Pak Perry?

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular