Pasar Saham Diminati, Obligasi Kurang Dilirik

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 January 2019 10:50
Pasar obligasi tanah air bergerak bervarisasi pada perdagangan hari ini.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi Tanah Air bergerak bervarisasi pada perdagangan hari ini, ditunjukkan oleh pergerakan imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia seri acuan.

Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 (FR0077), 10 (FR0078), 15 (FR0068), dan 20 tahun (FR0079). Pada hari ini, yield obligasi tenor 5 dan 15 tahun naik masing-masing sebesar 1,1 bps (7,992%) dan 1 bps (8,492%). Sementara itu, yield tenor 10 tahun turun 1,3 bps ke level 8,059% dan untuk tenor 20 tahun, yield tercatat flat di level 8,497%.

Pasar saham yang masih diminati investor membuat pasar obligasi tak begitu dilirik. Hingga berita ini diturunkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan penguatan sebesar 0,49% ke level 6.444,5.

Stimulus moneter dan fiskal yang diberikan oleh para pengambil kebijakan di China sukses mengerek kinerja bursa saham kawasan regional, termasuk Indonesia. Pada hari Selasa (15/1/2019), Kementerian Keuangan China mengatakan bahwa mereka akan mengimplimentasikan pemotongan pajak dan biaya yang lebih besar. Hal ini dilakukan guna meredam perlambatan ekonomi yang sedang terjadi di Negeri Panda.

Melansir Reuters, beberapa analis percaya bahwa China dapat memberlakukan pemotongan pajak dan biaya senilai CNY 2 triliun. Selain itu, China juga diyakini akan memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (special bond) senilai CNY 2 triliun yang sebelumnya banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting.

Kemarin (16/1/2019), People's Bank of China selaku bank sentral China menyuntik dana senilai CNY 560 miliar (US$ 83 miliar) ke perbankan mealui operasi pasar terbuka. Suntikan sebesar CNY 560 miliar tersebut merupakan yang terbesar dalam sejarah China. Dengan likuiditas yang kian longgar, suku bunga kredit diharapkan bisa ditekan dan memacu laju perekonomian China.

Dari dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan berakhir hari ini akan membawa kabar buruk bagi pasar obligasi domestik. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan bank sentral masih akan menahan BI 7 Day Reverse Repo Rate di angka 6%.

Bagi pasar obligasi, kondisi yang ideal adalah jika bank sentral memangkas suku bunga acuan. Pasalnya ketika suku bunga acuan dipangkas, suku bunga deposito akan mengikuti sehingga obligasi akan menjadi lebih diminati.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Komoditas Hingga Perbankan, Sektor Berpeluang Melesat di 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular