
Bursa Asia Berguguran, IHSG Justru Melesat 0,63%
tahir saleh & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 January 2019 09:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjalani awal sesi pertama perdagangan hari ini dengan manis. Dibuka menguat 0,13% ke level 6.421,41, penguatan IHSG melebar menjadi 0,63% pada pukul 9:32 WIB ke level 6.453,51.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan bursa saham utama kawasan Asia yang justru ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,22%, indeks Shanghai turun 0,23%, indeks Hang Seng turun 0,35%, dan indeks Straits Times turun 0,3%.
Sejumlah sentimen negatif memang mewarnai jalannya perdagangan pada hari ini. Pertama, potensi retaknya hubungan AS-China di bidang perdagangan yang kini sedang mesra. Penyebabnya adalah laporan bahwa aparat hukum AS sedang melakukan investigasi terhadap Huawei. Investigasi ini terkait dengan tuduhan bahwa Huawei telah mencuri teknologi dari rekannya di AS seperti raksasa penyedia jasa layanan telekomunikasi T-Mobile.
Bahkan, investigasi tersebut disebut segera naik status menjadi tuntutan dalam waktu dekat, sebut seorang sumber seperti dikutip dari Washington Post.
Sebelumnya, petinggi Huawei yakni Meng Wanzhou telah ditangkap di Kanada atas permintaan dari AS lantaran dianggap telah berkonspirasi untuk menipu beberapa bank guna memuluskan transaksi antara perusahaan dengan pihak Iran, sesuatu yang melanggar sanksi AS terhadap Iran.
Sentimen negatif yang kedua datang dari ketidakpastian terkait dengan proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) yang masih besar. Kemarin waktu setempat (16/1/2019), Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil lolos dari ancaman digulingkan dari pemerintahan setelah memenangkan pemungutan suara atas mosi tidak percaya di parlemen dengan skor 325 berbanding 306. Kemenangan tipis, tetapi cukup untuk mengamankan posisi May.
Namun masalah di Inggris belum selesai, karena waktu semakin dekat menuju 29 Maret 2019, tanggal resmi Inggris keluar dari Uni Eropa. Inggris bisa saja keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa-apa (No Deal Brexit) karena proposal yang diusung pemerintah tidak disetujui parlemen.
"Kita harus bekerja sama. Saya mengajak seluruh anggota parlemen dari seluruh partai untuk bersama menemukan jalan keluar. Ini saatnya mengesampingkan kepentingan pribadi dan golongan," tegas May, mengutip Reuters.
Sentimen negatif yang terakhir datang dari rilis data ekonomi di kawasan regional. Pada pagi ini, ekspor non minyak Singapura periode Desember 2018 diumumkan anjlok hingga 8,5% YoY, jauh di bawah konsensus Trading Economics yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 1,5% YoY.
Akibat anjloknya ekspor non minyak, surplus neraca dagang bulan Desember menipis menjadi SG$ 1,94 miliar, dari yang sebelumnya SG$ 3,8 miliar pada bulan November.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan bursa saham utama kawasan Asia yang justru ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,22%, indeks Shanghai turun 0,23%, indeks Hang Seng turun 0,35%, dan indeks Straits Times turun 0,3%.
Sejumlah sentimen negatif memang mewarnai jalannya perdagangan pada hari ini. Pertama, potensi retaknya hubungan AS-China di bidang perdagangan yang kini sedang mesra. Penyebabnya adalah laporan bahwa aparat hukum AS sedang melakukan investigasi terhadap Huawei. Investigasi ini terkait dengan tuduhan bahwa Huawei telah mencuri teknologi dari rekannya di AS seperti raksasa penyedia jasa layanan telekomunikasi T-Mobile.
Sebelumnya, petinggi Huawei yakni Meng Wanzhou telah ditangkap di Kanada atas permintaan dari AS lantaran dianggap telah berkonspirasi untuk menipu beberapa bank guna memuluskan transaksi antara perusahaan dengan pihak Iran, sesuatu yang melanggar sanksi AS terhadap Iran.
Sentimen negatif yang kedua datang dari ketidakpastian terkait dengan proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) yang masih besar. Kemarin waktu setempat (16/1/2019), Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil lolos dari ancaman digulingkan dari pemerintahan setelah memenangkan pemungutan suara atas mosi tidak percaya di parlemen dengan skor 325 berbanding 306. Kemenangan tipis, tetapi cukup untuk mengamankan posisi May.
Namun masalah di Inggris belum selesai, karena waktu semakin dekat menuju 29 Maret 2019, tanggal resmi Inggris keluar dari Uni Eropa. Inggris bisa saja keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa-apa (No Deal Brexit) karena proposal yang diusung pemerintah tidak disetujui parlemen.
"Kita harus bekerja sama. Saya mengajak seluruh anggota parlemen dari seluruh partai untuk bersama menemukan jalan keluar. Ini saatnya mengesampingkan kepentingan pribadi dan golongan," tegas May, mengutip Reuters.
Sentimen negatif yang terakhir datang dari rilis data ekonomi di kawasan regional. Pada pagi ini, ekspor non minyak Singapura periode Desember 2018 diumumkan anjlok hingga 8,5% YoY, jauh di bawah konsensus Trading Economics yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 1,5% YoY.
Akibat anjloknya ekspor non minyak, surplus neraca dagang bulan Desember menipis menjadi SG$ 1,94 miliar, dari yang sebelumnya SG$ 3,8 miliar pada bulan November.
Pages
Most Popular