
Fokus Investor
Sentimen Bunga Acuan Jadi Penentu Arah Laju IHSG
Syarizal Sidik, CNBC Indonesia
17 January 2019 08:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan pada perdagangan Kamis (17/1/2019) diprediksi melanjutan tren penguatan seiring adanya sentimen positif menjelang dirilisnya BI 7 days Reverse Repo Rate.
Meski pada perdagangan kemarin, indeks bergerak cukup fluktuatif, namun berhasil ditutup menguat 0,07% ke level 6.413,36. Penguatan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Shanghai naik 0,08 poin, indeks Hang Seng naik 71,81 poin (+0,27%), indeks Straits Times naik 8,97 poin (+0,28%), dan indeks Kospi naik 8,92 poin (+0,43%).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Bank Indonesia akan menahan suku bunga acuan. Dari 11 instansi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, seluruhnya kompak menyatakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di level 6%.
"BI rate yang akan dilansir hari ini disinyalir belum akan terdapat perubahan sehingga menunjukkan bahwa kondisi perekonomian masih berada dalam keadaan stabil dan dapat memberikan sentimen yang cukup positif terhadap pola gerak IHSG," kata Vice President Research Department PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya, dalam riset hariannnya, Kamis (17/1/2019).
William memproyeksikan, hari ini indeks akan melaju pada kisaran 6.226 - 6.542.
Valbury Sekuritas menyebut, sentimen pasar di dalam negeri di antaranya bersumber dari pemerintah yang menargetkan aturan insentif pengurangan pajak hingga 200% terhadap industri yang menyelenggarakan program vokasi dapat terbit April 2019. Pemerintah akan mensubsidi bagi industri yang bisa menghasilkan inovasi dan melakukan vokasi atau kegiatan pendidikan dalam Revolusi Industri 4.0.
Selain itu, berkenaan dengan total utang Indonesia yang terus bertambah dari tahun ke tahun, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengklaim posisinya sangat aman dan well manageable.
Sisi lain, dari faktor eksternal, penutupan pemerintahan AS yang berlangsung saat ini menjadi yang terlama dalam sejarah pemerintah Amerika, telah melampaui rekor sebelumnya pada era Presiden Bill Clinton yang mencapai 21 hari.
Penutupan pemerintahan akan mempengaruhi sekitar seperempat dari lembaga pemerintah AS dan sekitar 800.000 pekerja federal, di mana mereka belum menerima gaji atau terpaksa dirumahkan sebagai imbas atas shutdown yang bermula sejak 22 Desember 2018 hingga saat ini.
"Selain terbatas katalis positif di pasar baik dari faktor eksternal maupun dari internal, secara teknis juga telah mengkonfirmasikan potensi apresiasi IHSG cenderung terbatas," tulis Valbury, dalam risetnya.
Dengan demikian, IHSG diproyeksikan akan bergerak pada kisaran support 6391/6368/6350 dan resisten 6431/6449/6471.
(roy/roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%
Meski pada perdagangan kemarin, indeks bergerak cukup fluktuatif, namun berhasil ditutup menguat 0,07% ke level 6.413,36. Penguatan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Shanghai naik 0,08 poin, indeks Hang Seng naik 71,81 poin (+0,27%), indeks Straits Times naik 8,97 poin (+0,28%), dan indeks Kospi naik 8,92 poin (+0,43%).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Bank Indonesia akan menahan suku bunga acuan. Dari 11 instansi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, seluruhnya kompak menyatakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di level 6%.
Valbury Sekuritas menyebut, sentimen pasar di dalam negeri di antaranya bersumber dari pemerintah yang menargetkan aturan insentif pengurangan pajak hingga 200% terhadap industri yang menyelenggarakan program vokasi dapat terbit April 2019. Pemerintah akan mensubsidi bagi industri yang bisa menghasilkan inovasi dan melakukan vokasi atau kegiatan pendidikan dalam Revolusi Industri 4.0.
Selain itu, berkenaan dengan total utang Indonesia yang terus bertambah dari tahun ke tahun, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengklaim posisinya sangat aman dan well manageable.
Sisi lain, dari faktor eksternal, penutupan pemerintahan AS yang berlangsung saat ini menjadi yang terlama dalam sejarah pemerintah Amerika, telah melampaui rekor sebelumnya pada era Presiden Bill Clinton yang mencapai 21 hari.
Penutupan pemerintahan akan mempengaruhi sekitar seperempat dari lembaga pemerintah AS dan sekitar 800.000 pekerja federal, di mana mereka belum menerima gaji atau terpaksa dirumahkan sebagai imbas atas shutdown yang bermula sejak 22 Desember 2018 hingga saat ini.
"Selain terbatas katalis positif di pasar baik dari faktor eksternal maupun dari internal, secara teknis juga telah mengkonfirmasikan potensi apresiasi IHSG cenderung terbatas," tulis Valbury, dalam risetnya.
Dengan demikian, IHSG diproyeksikan akan bergerak pada kisaran support 6391/6368/6350 dan resisten 6431/6449/6471.
(roy/roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular