Ngeri, Amukan Rupiah Makan Korban di Asia dan Eropa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 January 2019 14:37
Tidak hanya di hadapan dolar AS, rupiah pun perkasa melawan mata uang Asia dan Eropa.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Tidak hanya di hadapan dolar AS, rupiah pun perkasa melawan mata uang Asia dan Eropa. 

Pada Selasa (15/1/2019) pukul 14:02 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.075. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Mata uang Asia lainnya juga banyak yang menguat terhadap dolar AS. Namun rupiah terlihat mencolok, karena penguatannya menjadi yang paling tajam. Rupiah pun menduduki posisi puncak klasemen mata uang Benua Kuning, tidak tergoyahkan sejak pembukaan pasar. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:04 WIB: 

 

Hebatnya, bukan cuma dolar AS yang menjadi korban keperkasaan rupiah. Berbagai mata uang Asia pun tidak berdaya di hadapan rupiah, bahkan si safe haven yen Jepang sekalipun. 

Berikut perkembangan nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 14:07 WIB: 

 

Hari ini menjadi harinya rupiah. Data neraca perdagangan yang semula direspons negatif ternyata masih menyimpan hal-hal baik yang diapresiasi pelaku pasar. 


Pada Desember 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan defisit US$ 1,1 miliar. Memang masih defisit, tetapi jauh lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai US$ 2,05 miliar.

Kemudian, komitmen pemerintah untuk menekan impor sepertinya semakin terlihat. Pada Desember, impor bahan baku turun 13,49% dibandingkan bulan sebelumnya.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya berjanji untuk menunda importasi keperluan proyek-proyek yang dianggap kurang strategis. Tujuannya adalah mengurangi impor sehingga tidak banyak devisa yang 'terbang' ke luar negeri. 

Jika komitmen ini terus dijaga, maka neraca perdagangan bisa membaik pada bulan-bulan mendatang. Perbaikan di neraca perdagangan juga berarti berkurangnya defisit transaksi berjalan (current account). Ketika tekanan di transaksi berjalan berkurang, maka rupiah akan lebih punya ruang untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Uji Nyali Rupiah di 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular