
Neraca Dagang Tekor US$ 1,1 M, Laju Rupiah Melambat
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 January 2019 11:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memag masih menguat. Namun penguatan rupiah menipis karena investor merespons rilis data perdagangan internasional Indonesia.
Pada Selasa (15/1/2019) pukul 11:25 WIB, US$ 1 di perdagangan pasar spot setara dengan Rp 14.085. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Rupiah dibuka menguat 0,28%, dan kemudian penguatannya terus menebal hingga ke kisaran 0,3%.
Akan tetapi, rupiah mulai mengendur setelah rilis perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor pada Desember 2018 terkontraksi alias minus 4,62% year-on-year (YoY). Jauh dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, yang memperkirakan masih ada pertumbuhan 1,81% YoY.
Sementara impor bulan lalu tumbuh 1,16% YoY. Di bawah ekspektasi yang memperkirakan tumbuh 6,345% YoY.
Hasilnya adalah neraca perdagangan Desember 2018 membukukan defisit US$ 1,1 miliar. Sedikit di atas konsensus pasar yang memperkirakan US$ 968 juta.
Defisit ini memastikan neraca perdagangan sepanjang kuartal IV-2018 selalu tekor. Hampir bisa dipastikan transaksi berjalan akan defisit cukup besar pada kuartal IV-2018.
Ini tentu menjadi kabar buruk buat rupiah, karena fundamental penyokong mata uang ini menjadi rapuh. Minimnya pasokan devisa berjangka panjang dari ekspor-impor barang dan jasa membuat mata uang ini rentan 'digoyang'.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Selasa (15/1/2019) pukul 11:25 WIB, US$ 1 di perdagangan pasar spot setara dengan Rp 14.085. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Rupiah dibuka menguat 0,28%, dan kemudian penguatannya terus menebal hingga ke kisaran 0,3%.
Akan tetapi, rupiah mulai mengendur setelah rilis perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor pada Desember 2018 terkontraksi alias minus 4,62% year-on-year (YoY). Jauh dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, yang memperkirakan masih ada pertumbuhan 1,81% YoY.
Sementara impor bulan lalu tumbuh 1,16% YoY. Di bawah ekspektasi yang memperkirakan tumbuh 6,345% YoY.
Hasilnya adalah neraca perdagangan Desember 2018 membukukan defisit US$ 1,1 miliar. Sedikit di atas konsensus pasar yang memperkirakan US$ 968 juta.
Defisit ini memastikan neraca perdagangan sepanjang kuartal IV-2018 selalu tekor. Hampir bisa dipastikan transaksi berjalan akan defisit cukup besar pada kuartal IV-2018.
Ini tentu menjadi kabar buruk buat rupiah, karena fundamental penyokong mata uang ini menjadi rapuh. Minimnya pasokan devisa berjangka panjang dari ekspor-impor barang dan jasa membuat mata uang ini rentan 'digoyang'.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular