
Kemarin Juru Kunci, Sekarang Rupiah di Puncak Klasemen!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 January 2019 08:35

Terlihat bahwa mayoritas mata uang Asia mampu menguat di hadapan dolar AS. Ternyata tidak hanya di Asia, dolar AS juga masih tertekan secara global.
Pada pukul 08:16 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,05%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini anjlok 1,93%.
Sepertinya pelaku pasar masih menyoroti arah kebijakan moneter The Federal Reserve/The Fed tahun ini. Setelah pada 2018 begitu agresif menaikkan suku bunga acuan, sepertinya Jerome 'Jay' Powell dan kolega lebih kalem pada 2019.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate untuk ditahan di 2,25-2,5% pada rapat 30 Januari mencapai 99,5%. Kemudian pada rapat 20 Maret, kemungkinan suku bunga untuk kembali ditahan juga 99,5%.
Bahkan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Mei, kemungkinan Federal Funds Rate tetap juga masih sangat tinggi yaitu 91,5%. Lalu pada rapat Juni, probabilitasnya mulai turun tetapi masih tinggi di 82,4%.
Oleh karena itu, pelaku pasar memperkirakan setidaknya sampai semester I-2019 tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan. Tanpa dorongan suku bunga, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang pemanis.
Dolar AS pun perlahan tetapi pasti kehilangan statusnya sebagai raja mata uang dunia, gelar yang diperoleh pada 2018. Tahun ini, sepertinya dolar AS akan berada dalam posisi defensif.
Situasi ini mampu dimanfaatkan oleh rupiah cs di Asia untuk mencetak penguatan. Bahkan rupiah mampu jadi yang terbaik di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pada pukul 08:16 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,05%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini anjlok 1,93%.
Sepertinya pelaku pasar masih menyoroti arah kebijakan moneter The Federal Reserve/The Fed tahun ini. Setelah pada 2018 begitu agresif menaikkan suku bunga acuan, sepertinya Jerome 'Jay' Powell dan kolega lebih kalem pada 2019.
Bahkan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Mei, kemungkinan Federal Funds Rate tetap juga masih sangat tinggi yaitu 91,5%. Lalu pada rapat Juni, probabilitasnya mulai turun tetapi masih tinggi di 82,4%.
Oleh karena itu, pelaku pasar memperkirakan setidaknya sampai semester I-2019 tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan. Tanpa dorongan suku bunga, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang pemanis.
Dolar AS pun perlahan tetapi pasti kehilangan statusnya sebagai raja mata uang dunia, gelar yang diperoleh pada 2018. Tahun ini, sepertinya dolar AS akan berada dalam posisi defensif.
Situasi ini mampu dimanfaatkan oleh rupiah cs di Asia untuk mencetak penguatan. Bahkan rupiah mampu jadi yang terbaik di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular