Impor China Turun 47%, Harga Batu Bara Siap-Siap Kena Imbas!

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 January 2019 17:51
Berdasarkan laporan dari General Administration of Custom (GAC), jumlah impor batu bara periode Desember 2018 China merosot 47%
Foto: Para pekerja berkumpul di pintu masuk pabrik pencucian batu bara di Jincheng, provinsi Shanxi, China. REUTERS/Joseph Campbell
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada penutupan perdangan akhir minggu lalu (11/1/2019), harga batu bara Newcastle sedikit menguat sebesar 0,20% ke level US$ 98,05/metrik ton, setelah sebelumnya ditutup melemah sebesar 0,25% di posisi US$ 97,85/metrik ton.


Selama sepekan kemarin, harga batu bara amblas sebesar 1,46%. Sedangkan performa tahunan harga batu bara tercatat melemah sebesar 7,59% (YoY).

Salah satu faktor yang mempengaruhi harga komoditas ini adalah konsumsi batu bara China yang terus menurun.



Berdasarkan laporan dari General Administration of Custom (GAC), jumlah impor batu bara periode Desember 2018 China merosot 47% ke angka 10,23 juta metrik ton. Meski demikian, jumlah impor batu bara sepanjang 2018 naik 3,4% dari tahun 2017, sejumlah 281,5 juta ton.

Sebab, pelaku pasar dan sektor utilitas (seperti listrik, air, dll) memangkas pembelian batu bara pada akhir tahun 2018 secara signifikan. Hal ini menyusul sinyal-sinyal dari pemerintah yang menyatakan cadangan batu bara di sektor utilitas sedang menyentuh rekornya, membuat harga batu bara domestik ikut terkoreksi, mengutip Reuters.

Masih dari sumber yang sama, dikabarkan bahwa sektor utilitas telah diberitahu untuk menjaga impor tahun 2018 lebih rendah dari tahun sebelumnya, ditengah banjirnya pasokan batu bara domestik dan melambatnya permintaan listrik dalam negeri.

Terlebih lagi, perhitungan yang dilakukan Reuters mengatakan bahwa China telah membuat 3,29 juta rumah tangga menggunakan pemanas gas pada musim dingin ini (2018), dimana sebelumnya masih banyak memakai batu bara.

Ini sejalan dengan rencana negeri tirai bambu untuk menyediakan udara yang lebih bersih di negaranya. Bahkan International Energy Agency (IEA) memprediksi hingga 2023 konsumsi batu bara China akan berkurang 0,5%/tahun.

China yang menguasai lebih dari separuh konsumsi batu bara dunia sudah tentu akan kuat mempengaruhi sentimen pasar. Bila konsumsi batu bara China melambat, maka pasokan batu bara dunia akan meluap, dan harga menjadi tertekan.

Sentimen negatif juga datang dari negeri paman sam, dimana hari ini merupakan hari ke-24 goverment shutdown. Terhentinya sebagian layanan pemerintah Amerika Serikat ini disebabkan anggaran tembok perbatasan Mexico usulan presiden Donald Trump yang tidak kunjung disetujui. Akibatnya, 800.000 PNS tidak digaji dan  berdampak pada penurunan penjualan di sektor ritel. Gaduh politik AS ini membuat pasar masih tidak bisa melihat secara jelas perkembangan ekonomi AS ke depan.

Selain itu, kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia juga semakin meluas, kali ini memanas di Eropa. Voting parlemen Inggris yang dijadwalkan pada 15 Januari 2019 akan memutuskan diterima atau tidaknya proposal Brexit yang diajukan oleh pemerintah.

Bila proposal Brexit ditolak, negara dengan kekuatan ekonomi nomor 3 tersebut diprediksi akan mengalami pertumbuhan ekonomi minus 8% di tahun 2019.
 Pasalnya, tanpa kesepakatan Brexit, ekspor Inggris ke negara-negara eropa akan terkena tariff tambahan, sedangkan Inggris juga akan memberlakukan bea impor baru untuk barang-barang yang berasal dari eropa. 

Bukan hanya dua, tapi tiga negara dengan ekonomi terbesar dunia (AS, China , Inggris) dihantui perlambatan ekonomi. Sudah barang tentu rantai pasokan dunia akan ikut melambat. Akibatnya, permintaan akan energi juga akan terkontraksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/gus) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular