Koreksi Makin Dalam, Sedikit Lagi IHSG ke Bawah 6.300

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 January 2019 11:19
Koreksi Makin Dalam, Sedikit Lagi IHSG ke Bawah 6.300
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan ini dengan catatan negatif yakni koreksi sebesar 0,16% ke level 6.351,33. Pada pukul 11:05 WIB, koreksi IHSG sudah bertambah dalam menjadi 0,85% ke level 6.307,31. Sedikit lagi, IHSG akan jatuh ke bawah level psikologis 6.300 yang sudah susah payah dilewatinya.

Performa IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai turun 0,61%, indeks Hang Seng turun 1,59%, indeks Straits Times turun 0,45%, dan indeks Kospi turun 0,64%.

Rilis data perdagangan internasional China merupakan hal utama yang memantik aksi jual di kawasan regional. Pada pagi hari ini, ekspor diumumkan tumbuh sebesar 9,9% pada tahun 2018, sementara impor melesat 15,8%. Pertumbuhan ekspor yang sebesar 9,9% menjadi yang tertinggi sejak 2011, seperti dilansir dari CNBC International.

Namun, kuatnya ekspor lebih disebabkan oleh aksi front loading untuk mengantisipasi bea masuk lebih tinggi yang diberlakukan oleh AS. Oleh karenanya, pelaku pasar tak merespons hal tersebut dengan positif.

Hal ini dibuktikan oleh surplus dagang dengan AS yang mencapai US$ 323,32 miliar, tertinggi sejak 2006. Ekspor ke AS melesat 11,3%, sementara impor dari Negeri Paman Sam hanya naik tipis 0,7%.

Hingga kini, belum ada kesepakatan hitam di atas putih yang ditandatangani AS dan China di bidang perdagangan. Kesepakatan yang ada masih berupa komitmen sehingga sangat mungkin untuk dilanggar dan mengeskalasi perang dagang yang selama ini berkecamuk.

Pada 3 hari pertama pekan lalu (7-9 Januari), AS dan China menggelar negosiasi dagang setingkat wakil kementerian di Beijing. Pasca pertemuan rampung digelar, US Trade Representatives (USTR) mengatakan bahwa China berkomitmen membeli lebih banyak produk asal Negeri Paman Sam, mulai dari produk pertanian, energi, hingga manufaktur. Sektor jasa keuangan (-0,55%) berkontribusi besar dalam memotori koreksi IHSG. Pelemahan sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi jual atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 1,43%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 0,89%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 0,56%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 0,32%.

Sentimen negatif yang datang dari rilis data perdagangan internasional China membuat pelaku pasar melepas rupiah dan mengalihkannya ke dalam safe haven yakni dolar AS. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,32% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.085.

Pada akhirnya, pelemahan rupiah membuat investor melepas saham-saham perbankan.

Sejatinya, ada sentimen positif bagi rupiah yakni kejatuhan harga minyak mentah dunia. Hingga berita ini diturunkan, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Februari 2019 terkoreksi 0,93%, sementara minyak brent kontrak pengiriman Maret 2019 melemah 0,96%.

Kejatuhan harga minyak mentah tentu menjadi kabar yang menyenangkan bagi rupiah, lantaran bisa meredakan tekanan terhadap defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD).

Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014, seiring dengan besarnya defisit perdagangan minyak dan gas (migas).

Namun, hasrat investor untuk masuk ke safe haven yang lebih besar membuat rupiah tak bisa memanfaatkan momentum yang datang dari kejatuhan harga minyak mentah.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular