Menguat 0,52%, IHSG ke Posisi Tertinggi Sejak Maret 2018

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 January 2019 16:49
Menguat 0,52%, IHSG ke Posisi Tertinggi Sejak Maret 2018
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,52% pada perdagangan terakhir di pekan ini ke level 6.361,46. IHSG lantas berada di posisi penutupan tertingginya sejak Maret 2018 silam.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,44 triliun dengan volume sebanyak 9,99 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 454.941 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi kenaikan IHSG diantaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+1,58%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+3,57%), PT Astra International Tbk/ASII (+1,22%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+5,25%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,12%).

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan menguat: indeks Nikkei naik 0,97%, indeks Shanghai naik 0,74%, indeks Hang Seng naik 0,55%, indeks Strait Times naik 0,6%, dan indeks Kospi naik 0,6%.

Damai dagang AS-China memberikan optimisme bagi investor untuk memburu instrumen berisiko seperti saham. Kemarin sore (10/1/2019), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan bahwa ada perkembangan yang dicapai terkait dengan isu-isu struktural seperti pemaksaan transfer teknologi dan perlindungan kekayaan intelektual. Perkembangan ini dicapai pada negosiasi dagang yang berlangsung selama 3 hari pertama pekan ini.

Pemaksaan transfer teknologi dan perlindungan kekayaan intelektual merupakan permasalahan yang sangat sulit untuk diselesaikan sejauh ini. Lantas, pernyataan dari Gao Feng berhasil menenangkan pelaku pasar.

Kemudian, Reuters memberitakan bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertandang ke Washington untuk bertemu dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.

"Rencananya adalah Liu He akan datang ke Washington. Namun sepengetahuan saya, waktunya belum ditetapkan. Apakah sebelum Tahun Baru Imlek atau sesudahnya," ungkap Myron Brilliant, Kepala Grup Perdagangan Internasional US Chamber of Commerce, mengutip Reuters.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai U$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengincar produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

Jika perang dagang antar kedua negara bisa diselesaikan secara permanen, maka perlambatan ekonomi yang sedang dialami keduanya menjadi bisa diminimalisir.
Disamping sentimen positif berupa damai dagang AS-China, penguatan rupiah menambah kepercayaan diri investor. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.040/dolar AS.

Dolar AS memang sedang lesu, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,14%. Pukulan bagi dolar AS datang dari pernyataan Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell. Berbicara di forum Economic Club of Washington, sang The Fed-1 menegaskan pandangan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan lebih berhati-hati dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.

"Dengan inflasi rendah dan terkendali, kami bisa lebih sabar dan memantau dengan saksama bagaimana narasi pada 2019," tuturnya, mengutip Reuters.

Tidak hanya Powell, pernyataan Wakil Gubernur Richard Clarida pun kian memberi konfirmasi bahwa The Fed sudah melunak. Clarida memberi sinyal The Fed harus siap mengubah posisi (stance) kebijakan menjadi ke arah pro pertumbuhan ekonomi.

"Pertumbuhan ekonomi negara-negara lain mengalami moderasi. Perkembangan ini berdampak kepada perekonomian AS. Jika situasi ini bertahan, maka kebijakan moneter harus berubah untuk mengatasi hal tersebut," kata Clarida, mengutip Reuters.

Sepanjang tahun 2018, normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali (100 bps) yang dieksekusi oleh The Fed menjadi motor utama penguatan dolar AS. Bersamaan dengan komentar Powell dan Clarida, pelaku pasar kini menjadi ragu bahwa The Fed akan melakukan normalisasi sebanyak 2 kali (50 bps) pada tahun ini, seperti yang mereka proyeksikan pada pertemuan bulan Desember.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 11 Desember 2019, probabilitas tidak adanya kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini adalah sebesar 70,8%, naik dari posisi 1 hari sebelumnya yang sebesar 70,3%. Jika dibandingkan dengan posisi 1 bulan lalu yang sebesar 35,4%, maka kenaikannya menjadi jauh lebih tinggi. Penguatan nilai tukar rupiah terbukti ampuh dalam menarik aliran dana investor asing. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 814,37 miliar di pasar saham tanah air.

5 besar saham yang diburu investor asing adalah: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 221,98 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 148,09 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 135,53 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 134,9 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 84,94 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular