Tak Pernah Cicipi Zona Merah, Rupiah Terbaik di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 January 2019 12:31
Tak Pernah Cicipi Zona Merah, Rupiah Terbaik di Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mantap menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Tidak seperti 2 hari perdagangan terakhir, rupiah hingga tengah hari ini belum pernah mencicipi zona merah. 

Pada Kamis (10/1/2019) pukul 12:04 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.030 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,64% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Rupiah tidak terjebak di lubang yang sama seperti 2 hari perdagangan terakhir. Kemarin, rupiah berhasil menguat setelah sempat terdepresiasi sejak jelang tengah hari. Padahal rupiah mampu dibuka menguat. 

Sehari sebelumnya rupiah lebih apes. Dibuka menguat dan bahkan sampai mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.000, rupiah jatuh ke zona merah sebelum tengah hari dan bertahan di sana hingga penutupan pasar. 


Hari ini, setidaknya sampai tengah hari, rupiah aman dan nyaman di area apresiasi. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga pukul 12:09 WIB: 

 

Tidak sekadar menguat, rupiah juga mencatat prestasi yang ciamik. Penguatan 0,64% membawa rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. 

Benar, mata uang Benua Kuning mayoritas menguat di hadapan dolar AS. Namun penguatan rupiah menjadi yang paling tajam. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang Asia pada pukul 12:11 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tidak hanya di Asia, dolar AS juga tertekan secara global. Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,1%. 

Hari ini, pemberat langkah dolar AS adalah rilis data notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Desember 2018. Dalam notulensi tersebut, terlihat bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega sudah menunjukkan sikap yang tidak lagi agresif. 

"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi itu. 

Sikap The Fed yang semakin hati-hati mengarah ke dovish ini membuat prospek kenaikan suku bunga acuan di AS semakin suram. Pertemuan komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) berikutnya adalah pada 30 Januari. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas The Fed untuk menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5% adalah 98,4%. 

Kemudian pada rapat FOMC 20 Maret, Federal Funds Rate juga diperkirakan belum naik. CME Fedwatch mencatat kemungkinan suku bunga acuan ditahan mencapai 96,9%. 

Tanpa kenaikan suku bunga acuan (setidaknya dalam waktu dekat), berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Permintaan dolar AS berkurang sehingga nilainya melemah.

Situasi tersebut mampu dimanfaatkan oleh rupiah dkk di Asia untuk mencatat apresiasi. Selain pelemahan dolar AS, rupiah juga diuntungkan oleh perkembangan harga minyak.

Setelah dini hari tadi sempat menguat signifikan, harga si emas hitam melemah. Pada pukul 12:37 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,86% sedangkan light sweet anjlok 1,09%.

Koreksi harga minyak menjadi sentimen positif bagi rupiah. Ketika harga minyak turun, maka nilai impor Indonesia akan ikut berkurang sehingga bisa meringankan beban transaksi berjalan (current account).

Saat transaksi berjalalan membaik maka fundamental penyokong rupiah akan lebih kuat. Sebab, devisa dari ekspor-impor barang dan jasa bisa lebih memadai.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular