'Hilal' Damai Dagang Tak Kunjung Terlihat, Rupiah Terpeleset

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 January 2019 12:32
'Hilal' Damai Dagang Tak Kunjung Terlihat, Rupiah Terpeleset
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Gerak rupiah agak aneh hari ini. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah yang awalnya menguat dengan meyakinkan malah berbalik melemah.  

Pada Selasa (8/1/2019) pukul 12:02 WIB, US$ 1 di pasar spot setara dengan Rp 14.110. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya. 

Padahal, rupiah sempat menjalani hari yang ceria. Dibuka menguat, rupiah terus terapresiasi dan sempat mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.000. 


Namun itu adalah puncak penampilan rupiah, setidaknya hingga tengah hari ini. Selepas itu, laju rupiah melambat dan penguatannya terus berkurang. Bahkan rupiah malah jatuh ke zona merah jelang tengah hari. 


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga pukul 12:05 WIB: 



Meski agak aneh, tetapi sebenarnya dinamika rupiah serupa dengan mata uang Asia lainnya. Sempat menguat terhadap dolar AS, mata uang Benua Kuning malah terpeleset sehingga greenback berhasil menyalip. 

Depresiasi terdalam dialami oleh won Korea Selatan. Disusul oleh rupee India dan baht Thailand di posisi ketiga terbawah. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 12:08 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Awalnya, investor berharap banyak dari dialog dagang AS-China yang berlangsung di Beijing sejak kemarin yang berakhir hari ini. Namun mendekati pengumuman, pelaku pasar malah berbalik pesimistis. 

Pasalnya, pertemuan ini memang baru tahap awal, baru di tingkat wakil menteri. Oleh karena itu, kemungkinan tidak ada hasil signifikan yang bisa membawa AS-China menuju damai dagang. 

"Mungkin tidak akan ada hasil yang konkret. Akibatnya, dampak dari pertemuan tidak begitu banyak menggerakkan nilai tukar," ujar salah seorang trader di pasar valas China, mengutip Reuters. 

Investor yang harap-harap cemas membuat pasar bergerak jittery (gemetar). Sembari menunggu 'hilal' kabar damai dagang dari Beijing, tampaknya investor memilih untuk tidak terlalu berani ambil risiko. 

Selain itu, pelemahan rupiah bisa jadi disebabkan penguatan yang sudah terlalu tajam dalam beberapa waktu terakhir. Sejak awal tahun sampai kemarin, rupiah sudah menguat 2,17% terhadap dolar AS. 

Di balik penguatan tajam yang berlangsung selama beberapa waktu, tersimpan risiko ambil untung. Saat penguatan rupiah sudah begitu tajam, sebagian investor akan merasa keuntungan yang diperoleh sudah cukup menggiurkan untuk dicairkan. Ketika investor ramai-ramai mencairkan cuan, maka rupiah akan terkena tekanan jual dan akan berbalik melemah.  



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular