
Sempat Terseok-Seok, IHSG Tutup Sesi I dengan Penguatan 0,57%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 January 2019 12:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat terseok-seok di awal perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi I dengan penguatan 0,57% ke level 6.256,49.
Performa IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Shanghai naik 1,81%, indeks Hang Seng naik 1,3%, indeks Strait Times naik 0,91%, dan indeks Kospi naik 0,66%.
Angin segar memang sedang menghampiri bursa saham Benua Kuning. Kementerian Perdagangan China pada hari ini mengatakan, China dan AS akan mengadakan dialog dagang di tingkat wakil menteri pada 7-8 Januari.
Delegasi AS yang dipimpin oleh Deputy U.S. Trade Representative, Jeffrey Gerrish, akan datang ke China untuk menggelar diskusi yang positif dan konstrukstif, kata Kementerian Perdagangan China melalui pernyataan di halaman resminya.
Rilis data ekonomi teranyar di kedua negara memang dengan jelas mengonfirmasi bahwa keduanya telah tersakiti oleh perang dagang yang selama ini berkecamuk. Di China, Manufacturing PMI periode Desember 2018 versi Caixin diumumkan di level 49,7, turun dari capaian bulan November yang sebesar 50,2. Capaian ini juga berada di bawah konsensus yang sebesar 50,1, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sebagai informasi, data tersebut menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di China dan angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kontraksi pada bulan Desember merupakan yang pertama dalam 19 bulan, seperti dilansir dari CNBC International.
Kemudian di AS, Manufacturing PMI periode Desember 2018 versi ISM diumumkan di level di 54,1, jauh di bawah capaian bulan sebelumnya yaitu 59,3. Penurunan sebesar 5,2 poin tersebut menjadi koreksi terdalam sejak Oktober 2008.
Lantas, negosiasi dagang pada minggu depan diharapkan akan membawa kedua negara satu langkah lebih dekat kepada damai dagang secara permanen. Sektor jasa keuangan ( 0,77%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG. Penguatan sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,44%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 0,95%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 0,83%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,57%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,1%.
Sentimen positif yang ada dimanfaatkan investor untuk memburu saham-saham perbankan. Jika AS-China bisa mencapai kesepakatan dagang secara permanen, maka laju perekonomian dunia bisa dipacu lebih kencang. Bagi perbankan, tentu penyaluran kredit berpotensi didorong lebih deras.
Selain itu, penguatan rupiah membuat investor semakin pede untuk mengoleksi saham-saham bank BUKU 4. Hingga tengah hari, rupiah menguat 0,87% di pasar spot ke level Rp 14.280/dolar AS.
Sementara itu, sektor barang konsumsi ( 0,93%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar kedua bagi kenaikan IHSG. Saham-saham barang konsumsi terus diburu investor seiring dengan inflasi periode Desember yang diumumkan lebih tinggi dari ekspektasi.
Pada hari Rabu (2/1/2019), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi bulan Desember di level 0,62% MoM atau 3,13% YoY. Capaian ini mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni 3,04% YoY. Angka inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi dimaknai sebagai sinyal menggeliatnya konsumsi masyarakat Indonesia pada musim liburan kemarin.
Lebih lanjut, secara historis bulan Januari memang merupakan bulan yang baik untuk mengoleksi saham-saham barang konsumsi; dalam 5 tahun terakhir (2014-2018), hanya sekali indeks sektor barang konsumsi membukukan imbal hasil negatif secara bulanan pada bulan Januari.
Saham-saham barang konsumsi yang diburu investor diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP ( 2,31%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF ( 0,97%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF ( 0,67%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM ( 0,27%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR ( 0,05%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Performa IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Shanghai naik 1,81%, indeks Hang Seng naik 1,3%, indeks Strait Times naik 0,91%, dan indeks Kospi naik 0,66%.
Angin segar memang sedang menghampiri bursa saham Benua Kuning. Kementerian Perdagangan China pada hari ini mengatakan, China dan AS akan mengadakan dialog dagang di tingkat wakil menteri pada 7-8 Januari.
Rilis data ekonomi teranyar di kedua negara memang dengan jelas mengonfirmasi bahwa keduanya telah tersakiti oleh perang dagang yang selama ini berkecamuk. Di China, Manufacturing PMI periode Desember 2018 versi Caixin diumumkan di level 49,7, turun dari capaian bulan November yang sebesar 50,2. Capaian ini juga berada di bawah konsensus yang sebesar 50,1, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sebagai informasi, data tersebut menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di China dan angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kontraksi pada bulan Desember merupakan yang pertama dalam 19 bulan, seperti dilansir dari CNBC International.
Kemudian di AS, Manufacturing PMI periode Desember 2018 versi ISM diumumkan di level di 54,1, jauh di bawah capaian bulan sebelumnya yaitu 59,3. Penurunan sebesar 5,2 poin tersebut menjadi koreksi terdalam sejak Oktober 2008.
Lantas, negosiasi dagang pada minggu depan diharapkan akan membawa kedua negara satu langkah lebih dekat kepada damai dagang secara permanen. Sektor jasa keuangan ( 0,77%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG. Penguatan sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,44%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 0,95%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 0,83%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,57%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,1%.
Sentimen positif yang ada dimanfaatkan investor untuk memburu saham-saham perbankan. Jika AS-China bisa mencapai kesepakatan dagang secara permanen, maka laju perekonomian dunia bisa dipacu lebih kencang. Bagi perbankan, tentu penyaluran kredit berpotensi didorong lebih deras.
Selain itu, penguatan rupiah membuat investor semakin pede untuk mengoleksi saham-saham bank BUKU 4. Hingga tengah hari, rupiah menguat 0,87% di pasar spot ke level Rp 14.280/dolar AS.
Sementara itu, sektor barang konsumsi ( 0,93%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar kedua bagi kenaikan IHSG. Saham-saham barang konsumsi terus diburu investor seiring dengan inflasi periode Desember yang diumumkan lebih tinggi dari ekspektasi.
Pada hari Rabu (2/1/2019), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi bulan Desember di level 0,62% MoM atau 3,13% YoY. Capaian ini mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni 3,04% YoY. Angka inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi dimaknai sebagai sinyal menggeliatnya konsumsi masyarakat Indonesia pada musim liburan kemarin.
Lebih lanjut, secara historis bulan Januari memang merupakan bulan yang baik untuk mengoleksi saham-saham barang konsumsi; dalam 5 tahun terakhir (2014-2018), hanya sekali indeks sektor barang konsumsi membukukan imbal hasil negatif secara bulanan pada bulan Januari.
Saham-saham barang konsumsi yang diburu investor diantaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP ( 2,31%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF ( 0,97%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF ( 0,67%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM ( 0,27%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR ( 0,05%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000
Most Popular