Tahun Baru 2019, Harga Batubara Anjlok 0,93%

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
03 January 2019 18:20
Perdagangan hari pertama tahun 2019 (2/1/2019), harga batu bara Newcastle kontrak berjangka ditutup melemah sebesar 0,93% ke level US$ 101,1/Metrik Ton (MT)
Foto: Tambang batu bara aktif terakhir Jerman (REUTERS/Wolfgang Rattay)
Perdagangan hari pertama tahun 2019 (2/1/2019), harga batu bara Newcastle kontrak berjangka ditutup melemah sebesar 0,93% ke level US$ 101,1/Metrik Ton (MT), setelah ditutup menguat sebesar 0,15% di posisi US$ 102,05/MT pada penutupan perdagangan akhir tahun 2018 (31/1/2019).



Pembatasan impor batu bara oleh pemerintah China masih menjadi faktor utama yang menarik harga batu bara ini ke bawah. Pasalnya, pemerintah  China memutuskan untuk membatasi impor batu bara di tahun 2018. Mengutip laporan dari Shanghai Securities News, seperti dilansir dari Reuters, impor batu bara di tahun 2018 ditetapkan tidak boleh melebihi volume impor pada tahun 2017.

Adanya regulasi itu membuat impor pada bulan Desember 2018 juga diperkirakan masih akan tertekan. Hingga kini, belum ada tanda-tanda akan dihapusnya kebijakan tersebut pada 2019. Sebagai informasi, impor batu bara China sudah turun 13,15% secara tahunan ke level 19,15 juta MT pada November 2018, berdasarkan data bea perdagangan yang dirilis Desember lalu. Level itu merupakan yang terendah sejak Februari 2017.

Sentimen negatif juga ditambah oleh bayang-bayang perlambatan ekonomi global, terutama China. Pada kuartal IV-2018 ekonomi China diperkirakan jatuh ke bawah 6,5%. Hal ini dipelopori banyaknya perusahaan yang mengalami kesulitan akibat adanya perang dagang Amerika Serikat-China.

"Tren perlambatan ekonomi masih berlanjut, bahkan momentum perlambatan terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi kuartal empat sangat mungkin ke bawah 6,5%," demikian bunyi majalah China Finance terbitan bank sentral China, People's Bank of China, dilansir dari Reuters, Rabu (2/1/2019).
 

Meski sudah ada tanda-tanda kemesraan Washington-Beijing, namun sepertinya pelaku pasar masih gamang kapan dan bagaimana peperangan ini akan berakhir.  "Saya sampaikan sangat pentingnya perkembangan hubungan China-AS dan saya bersedia bekerja dengan Presiden Trump untuk merangkum pengalaman perkembangan hubungan China-AS dan menerapkan konsensus yang telah kami capai dalam upaya bersama untuk meningkatkan hubungan China-AS melalui koordinasi, kerja sama, dan stabilitas demi manfaat yang lebih baik bagi masyarakat kedua negara dan juga warga seluruh dunia," Ujar presiden China, Xi Jinping pada Selasa (1/1/2019) seperti yang dilansir CNBC International. 

Pelemahan ekonomi China makin terkonfirmasi menyusul rilis data  Puchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur China oleh Caixin yang mencatat bahwa PMI China di Desember 2018 turun ke 49,7 dari 50,2 di November 2018. Ini adalah kontraksi pertama yang dialami Negeri Tirai Bambu dalam 19 bulan terakhir. Hal ini menggambarkan aktifitas industri China yang melambat.  Melambatnya sektor manufaktur China akan berdampak pada harga batubara, karena dapat mengurangi permintaan energi yang salah satunya berasal dari batubara.

Seperti diketahui, China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 MT pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Tak ayal, pergolakan perekonomian China sudah barang tentu akan mempengaruhi permintaan batubara dunia.
 

Tak hanya di China, perlambatan ekonomi juga mengantui pasar global. Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2018 di kisaran 3,7%, dan tahun ini melambat menjadi 3,5%. Sedangkan ekonomi AS tahun 2018 diramal tumbuh 2,9% sebelum melambat ke 2,7% di 2019.  Lebih jauh, pertumbuhan ekonomi Uni Eropa pada 2018 diperkirakan sebesar 1,9% dan melambat ke 1,8% pada 2019.

Perlambatan ekonomi dunia yang semakin nyata lantas memunculkan persepsi bahwa permintaan energi (termasuk batu bara) akan ikut menurun.


(taa/gus) Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular