AS-China Kian Sehati, Rupiah Cs Tipiskan Koreksi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 January 2019 16:35
AS-China Kian Sehati, Rupiah Cs Tipiskan Koreksi
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot hari pertama 2019. Namun jelang penutupan perdagangan, rupiah mampu menipiskan pelemahan meski belum bisa menyentuh zona hijau. 

Pada Rabu (2/1/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.445 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,49% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Tahun Baru. 

Saat pembukaan pasar, rupiah melemah 0,31%. Depresiasi rupiah bertambah dalam dan sempat menyentuh kisaran 0,7%. 


Namun selepas tengah hari, pelemahan rupiah berangsur menipis. Meski begitu, rupiah masih cukup jauh dari zona hijau. Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 

Seperti rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Namun senada pula dengan rupiah, depresiasi mata uang Benua Kuning semakin berkurang selepas tengah hari. Baht Thailand yang sempat melemah di kisaran 1% kini pelemahannya 'hanya' di level 0,7%. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 16:08 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Mata uang Asia mampu menipiskan koreksi setelah tersiar kabar semakin mesranya hubungan AS-China. Setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal bulan lalu, hubungan Washington-Beijing memang semakin membaik dan mendekat ke damai dagang.  

"Sejarah membuktikan bahwa kerja sama adalah pilihan terbaik bagi kedua negara. Saya menekankan pentingnya kerja sama China-AS dan saya bersedia untuk bekerja dengan Presiden Trump demi mewujudkan kesepakatan yang telah terjadi sebelumnya. Ini dilakukan untuk keuntungan rakyat kedua negara dan seluruh dunia," papar Xi dalam pidato peringatan 40 tahun hubungan diplomatik China-AS, seperti dikutip dari Reuters. 

Sebelumnya, Trump juga melontarkan hal positif mengenai perkembangan relasi dengan China. Melalui cuitan di Twitter, Trump mengungkapkan bahwa dirinya telah berbicara panjang melalui sambungan telepon dengan Presiden Xi. 

"Proses kesepakatan dengan China berjalan dengan sangat baik. Jika berhasil, maka (kesepakatan) itu akan sangat komprehensif, mencakup seluruh aspek yang selama ini menjadi pertentangan. Kemajuan besar telah dibuat!" tulis Trump. 

Prospek damai dagang AS-China yang semakin terlihat membuat investor kembali semringah. Arus modal kembali masuk ke Asia dan sedikit membantu meringankan derita mata uang Benua Kuning.  

Namun kabar baik tersebut agak terlambat, karena mata uang Asia sudah terlanjur tertekan sejak pagi. Data-data ekonomi yang mengecewakan membuat investor enggan masuk ke pasar keuangan Asia. 

Angka Purchasing Managers Index (PMI) China versi Caixin pada Desember 2018 tercatat 49,7, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,2. Angka di bawah 50 berarti pelaku usaha tengah pesimistis. 

Kemudian dari Korea Selatan, PMI versi Nikkei/Markit pada periode yang sama tercatat 49,8. Turun dibandingkan November 2018 yang sebesar 49,9. Lagi-lagi ada aura pesimisme di kalangan dunia usaha Negeri Ginseng. 

Sedangkan angka PMI versi Nikkei/Markit untuk Malaysia edisi Desember 2018 berada di 46,8. Tidak hanya menunjukkan pesimisme, tetapi angka itu menjadi catatan terendah sejak survei PMI dimulai pada 2012. 

Lalu di Singapura, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 adalah 2,2% year-on-year (YoY). Jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 3,2% YoY. 

Berbagai data yang kurang menggembirakan itu membuat pelaku pasar menghindari Asia. Akibatnya mata uang Benua Kuning tidak bisa berbicara banyak di hadapan dolar AS.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular