Sri Mulyani Perkirakan Ekonomi 2018 Tumbuh 5,15%
Muhammad Choirul & Iswari Anggit, CNBC Indonesia
02 January 2019 15:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh hingga 5,15% di 2018. Hal ini didukung oleh stabilitas pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan peningkatan investasi.
Demikian diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Realisasi APBN 2018 di Gedung Kemenkeu, Rabu (2/1/2019).
"Ketidakpastian ekonomi global meningkat akibat tensi perdagangan AS-China dan pengetatan likuiditas, yang akhirnya berpengaruh terhadap permintaan global. Harga komoditas dunia mengalami penurunan yang mempengaruhi nilai ekspor," katanya dalam Ringkasan Eksekutif: Perkembangan Ekonomi Makro.
Kinerja ekonomi global yang melambat ditunjukkan turunnya harga komoditas. Di antaranya harga minyak WTI 26,2%, kemudian Brent 20,8%, Batu Bara 7,2% dan Harga Logam 2,4%.
"Dan komoditas pangan (termasuk CPO) turun 4,87%," tutur Sri Mulyani.
Nilai tukar rupiah sepanjang 2018, menurut Sri Mulyani dipengaruhi oleh normalisasi kebijakan moneter AS dan perang dagang AS-China. "Per 31 Desember rupiah di Rp 14.481/US$ sehingga rata-rata hingga akhir tahun 2018 sebesar Rp 14.247/US$," ungkap Sri Mulyani.
(dru/dru) Next Article Pandemi Covid-19 Selesai Juli, PDB RI di 2020 Tumbuh 2,0%
Demikian diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Realisasi APBN 2018 di Gedung Kemenkeu, Rabu (2/1/2019).
Sementara inflasi sepanjang 2018 terjaga pada 3,13%, didukung oleh tidak adanya kebijakan harga energi domestik dan masih terkendalinya harga pangan.
![]() |
"Ketidakpastian ekonomi global meningkat akibat tensi perdagangan AS-China dan pengetatan likuiditas, yang akhirnya berpengaruh terhadap permintaan global. Harga komoditas dunia mengalami penurunan yang mempengaruhi nilai ekspor," katanya dalam Ringkasan Eksekutif: Perkembangan Ekonomi Makro.
Kinerja ekonomi global yang melambat ditunjukkan turunnya harga komoditas. Di antaranya harga minyak WTI 26,2%, kemudian Brent 20,8%, Batu Bara 7,2% dan Harga Logam 2,4%.
"Dan komoditas pangan (termasuk CPO) turun 4,87%," tutur Sri Mulyani.
Nilai tukar rupiah sepanjang 2018, menurut Sri Mulyani dipengaruhi oleh normalisasi kebijakan moneter AS dan perang dagang AS-China. "Per 31 Desember rupiah di Rp 14.481/US$ sehingga rata-rata hingga akhir tahun 2018 sebesar Rp 14.247/US$," ungkap Sri Mulyani.
(dru/dru) Next Article Pandemi Covid-19 Selesai Juli, PDB RI di 2020 Tumbuh 2,0%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular