
Ditanya Jokowi, Ini Penjelasan Darmin Soal Harga Beras Naik
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
28 December 2018 09:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras di pasaran kembali naik, ini sontak membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertanya kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan kemudian mendiskusikan hal tersebut. Lalu Darmin mengungkapkan, setidaknya terdapat dua alasan penyebab naiknya harga beras.
Di Bulan Desember ini, harga beras medium naik 0,4% atau sekitar Rp 45 per kilogram, begitu juga dengan harga beras premium yang naik 0,04%. Padahal, stok beras di Bulog masih sangat banyak, sekitar tiga juta ton. Hal ini tentu membuat Jokowi menanyakan terkait pelaksanaan operasi pasar pada Bulog.
"Presiden mengecek; 'kok saya dengar harga beras naik?' Ya sudah kita ngobrolin itu. Ya memang harga beras naik sedikit, bulan inilah," jelas Darmin yang ditemui di kantornya, Kamis (27/12/2018).
"Itupun presiden menanyai Bulog; 'operasi pasarnya berapa sih sehari?' Kira-kira 2.400 ton beras operasi pasar per hari. Presiden bilang; 'naikkan deh supaya harganya balik lagi,' ya balik lagi ke harga sebelumnya," sambung Darmin.
Menanggapi permintaan presiden, Darmin tidak menampik kalau selama ini operasi pasar yang dilakukan Bulog, penyerapan berasnya memang jauh dari target di rakoratas (rapat koordinasi terbatas, biasanya dihadiri presiden dan menteri-menteri) yang mencapai 15.000 ton per hari. Selama ini, memang serapan beras Bulog dalam operasi pasar hanya berkisar dua sampai lima ribu ton per hari.
Menurut Darmin, serapan beras Bulog yang tidak maksimal ini, meskipun operasi pasar sudah dilakukan tiap hari, disebabkan oleh dua hal. Pertama, banyaknya pilihan merk beras yang ditawarkan pada masyarakat, sehingga masyarakat tidak selalu membeli beras Bulog. Padahal, kualitas beras Bulog tidak perlu diragukan lagi.
"Memang rendah karena ya itu tadi, masyarakat punya preferensi maunya merk ini, merk itu. [Padahal, beras] Bulog itu kualitasnya sedang bagus-bagusnya, karena dia itu berasnya sebenarnya premium, dijual harga medium."
Selain itu, pedagang beras yang ingin meraup keuntungan banyak, sehingga mereka memilih menjual beras merk lain, yang bukan beras dari Bulog.
"Yang kedua, pedagang retailnya kita itu jangan dikira ambil untungnya sedikit. Kalau dijual supaya dia ambil untungnya itu 300 rupiah per kilo, tidak jual dia. Itu berasnya Bulog, dia jual beras yang lain. Dia maunya itu untungnya paling sedikit 500/kg, mendekati seribu. Nah ini semua yang membuat kendala juga untuk menaikkan operasi pasar naik 15.000 [ton beras per hari]," tandasnya.
(hps) Next Article Tumben, Harga Bahan Makanan Turun & Terjadi Deflasi di Maret
Di Bulan Desember ini, harga beras medium naik 0,4% atau sekitar Rp 45 per kilogram, begitu juga dengan harga beras premium yang naik 0,04%. Padahal, stok beras di Bulog masih sangat banyak, sekitar tiga juta ton. Hal ini tentu membuat Jokowi menanyakan terkait pelaksanaan operasi pasar pada Bulog.
"Presiden mengecek; 'kok saya dengar harga beras naik?' Ya sudah kita ngobrolin itu. Ya memang harga beras naik sedikit, bulan inilah," jelas Darmin yang ditemui di kantornya, Kamis (27/12/2018).
Menanggapi permintaan presiden, Darmin tidak menampik kalau selama ini operasi pasar yang dilakukan Bulog, penyerapan berasnya memang jauh dari target di rakoratas (rapat koordinasi terbatas, biasanya dihadiri presiden dan menteri-menteri) yang mencapai 15.000 ton per hari. Selama ini, memang serapan beras Bulog dalam operasi pasar hanya berkisar dua sampai lima ribu ton per hari.
Menurut Darmin, serapan beras Bulog yang tidak maksimal ini, meskipun operasi pasar sudah dilakukan tiap hari, disebabkan oleh dua hal. Pertama, banyaknya pilihan merk beras yang ditawarkan pada masyarakat, sehingga masyarakat tidak selalu membeli beras Bulog. Padahal, kualitas beras Bulog tidak perlu diragukan lagi.
"Memang rendah karena ya itu tadi, masyarakat punya preferensi maunya merk ini, merk itu. [Padahal, beras] Bulog itu kualitasnya sedang bagus-bagusnya, karena dia itu berasnya sebenarnya premium, dijual harga medium."
Selain itu, pedagang beras yang ingin meraup keuntungan banyak, sehingga mereka memilih menjual beras merk lain, yang bukan beras dari Bulog.
"Yang kedua, pedagang retailnya kita itu jangan dikira ambil untungnya sedikit. Kalau dijual supaya dia ambil untungnya itu 300 rupiah per kilo, tidak jual dia. Itu berasnya Bulog, dia jual beras yang lain. Dia maunya itu untungnya paling sedikit 500/kg, mendekati seribu. Nah ini semua yang membuat kendala juga untuk menaikkan operasi pasar naik 15.000 [ton beras per hari]," tandasnya.
(hps) Next Article Tumben, Harga Bahan Makanan Turun & Terjadi Deflasi di Maret
Most Popular