Wall Street Lanjutkan Reli tapi Perang Dagang Membayangi

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
28 December 2018 06:27
Dow Jones Industrial Average bertambah 260,37 poin atau 1,1%, S&P 500 naik 0,86% sementara Nasdaq Composite menanjak 0,4%.
Foto: New York Stock Exchange (NYSE) ( REUTERS/Brendan McDermid)
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham Amerika Serikat (AS) mampu ditutup menguat, Kamis (27/12/2018), pada jam-jam terakhir perdagangan dan melanjutkan reli yang dicatatkan sehari sebelumnya.

Dow Jones Industrial Average bertambah 260,37 poin atau 1,1% menjadi 23.138,82, S&P 500 naik 0,86% ke 2.488,83 sementara Nasdaq Composite menanjak 0,4% ke posisi 6.579,49.


Di posisi terendah dalam sesi perdagangan hari Kamis, Dow Jones sempat anjlok 611 poin sementara S&P 500 dan Nasdaq terperosok masing-masing 2,8% dan 3,3%, dilansir dari CNBC International.

Indeks-indeks utama melemah di tengah kecemasan akan meningginya kembali ketegangan perdagangan antara AS dan China.

Reuters melaporkan dengan mengutip tiga narasumber yang mengetahui hal tersebut bahwa Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan pembentukan sebuah aturan baru yang akan melarang perusahaan-perusahaan AS menggunakan peralatan yang dibuat oleh perusahaan China Huawei dan ZTE.

Peraturan itu akan dikeluarkan bulan depan saat dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu sedang mencoba mencapai kesepakatan perdagangan. Awal bulan ini, AS dan China menyepakati gencatan senjata 90 hari demi merundingkan perjanjian baru tersebut.

"Ketidakpastian ini akan terus membebani pasar," kata Dave Campbell, prinsipal di BOS. "Saya rasa ini akan mendorong volatilitas ke depannya karena saya pikir perjanjian atau resolusi ini akan melalui jalan yang mulus."

Selain itu, rilis data-data ekonomi AS yang kurang ciamik ikut jadi sentimen negatif. Indeks Keyakinan Konsumen AS versi The Conference Board periode Desember tercatat 136,4 atau turun 8,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Ini merupakan penurunan bulanan terdalam sejak Juli 2015.

Kemudian harga properti residensial Negeri Paman Sam pada Oktober tumbuh 5,7% secara year-on-year (YoY). Ini menjadi laju paling lambat selama nyaris 2 tahun terakhir, dikutip dari Newsletter Tim Riset CNBC Indonesia.

Data-data tersebut membuat investor khawatir terhadap prospek perekonomian Negeri Adidaya. Sepertinya sinyal perlambatan ekonomi semakin ada dan tampak nyata.


Namun jelang akhir perdagangan, Wall Street mampu bangkit ditopang oleh saham-saham industri kesehatan. Saham Procter & Gamble naik 2,14%, Merck mengat 1,84%, dan Pfizer bertambah 1,56%. Saham-saham industri manufaktur juga mampu menguat lumayan tajam, seperti 3M (2,38%), Caterpillar (1,53%), dan Boeing (1,02%).

Kabar bahwa AS dan China akan kembali berunding dalam tatap muka di Beijing Januari mendatang menjadi sentimen positif bagi penguatan pasar.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular