Geser Rusia, Predikat AS 'Si Raja Minyak' Datang Lebih Cepat

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
27 December 2018 11:34
Amerika Serikat (AS) diproyeksikan mendapatkan gelar negara dengan produksi minyak terbesar di dunia yang mengalahkan Rusia pada 2019.
Foto: Infografis/Blok Corridor/Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) diproyeksikan mendapatkan gelar negara dengan produksi minyak terbesar di dunia yang mengalahkan Rusia di 2019. Namun di luar ekspektasi, predikat Si Raja Minyak diraih AS pada 2018 ini.

International Energy Agency (IEA) yang merupakan organisasi negara-negara penghasil energi terbarukan di bawah naungan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), pada Februari 2018 kemarin mengungkapkan produksi minyak AS pertumbuhannya cukup signifikan dalam dua tahun terakhir.

"Pertumbuhannya cukup kencang. AS bakal jadi nomor satu untuk produsen minyak terbesar dunia. [...] Paling cepat 2019," ungkap IEA Executive Director Faith Birol seperti dilansir Reuters, Februari lalu.
Predikat AS 'Si Raja Minyak' Ternyata Datang Lebih CepatFoto: Doc. Reuters

Saat ini harga minyak tengah turun karena pasokan yang banyak. Pasokan yang membanjir, tersangka utamanya adalah AS. Bagaimana tidak, produksi minyak mentah bulanan Negeri Paman Sam melambung ke angka 11,47 juta barel/hari pada bulan September 2018.

Angka itu mampu mengungguli produksi minyak mentah Rusia sebesar 10,96 juta barel/hari dan Arab Saudi sebesar 10,5 juta barel/hari, di periode yang sama. Kini untuk pertama kalinya sejak tahun 1973, gelar "Raja Minyak" dunia kembali ke tangan AS.

Mengutip proyeksi Departemen Energi AS (US Energy Information Administration/EIA), produksi minyak mentah AS di sepanjang tahun 2018 akan mencapai 10,88 juta barel/hari, yang merupakan rekor tertinggi di sepanjang sejarah Negeri Adidaya.

Catatan tersebut meningkat 1,53 juta barel/hari dari produksi tahun 2017 yang "hanya"sebesar 9,35 juta barel/hari, sekaligus mengukuhkan posisi AS sebagai produsen minyak mentah terbesar di dunia.

Adapun di tahun depan, produksi minyak mentah AS masih diperkirakan masih menanjak ke rata-rata 12,06 juta barel/hari. Lantas mengapa AS bisa merangsek ke posisi puncak produsen minyak mentah terbesar dunia?

Washington patut berterima kasih pada melonjaknya produksi minyak serpih (shale oil) di tanah mereka. Saat bulan Desember 2018 berakhir, produksi shale oil AS diekspektasikan meningkat ke angka 8,03 juta barel/hari untuk pertama kalinya dalam sejarah. Tidak sampai situ saja, produksinya masih diramal melambung ke 8,17 juta barel/hari pada Januari 2019.

Produsen minyak utama dunia seperti BP dan ExxonMobil telah berinvestasi besar-besaran pada lapangan shale oil Permian Basin di West Texas, dalam beberapa tahun terakhir. Texas memang menjadi pusat dari "meledaknya" produksi shale oil di AS.

Tak tanggung-tanggung, produksi minyak mentah Texas bahkan diprediksi nyaris mencapai 6 juta barel/hari pada 2019, mengungguli Iran dan Iran. Artinya, andaikan Texas adalah sebuah negara, produksi minyak mentahnya menjadi yang terbesar ketiga di dunia (hanya kalah dari Saudi dan Rusia).

Pada akhirnya, masifnya pengembangan teknologi pengeboran di AS (khususnya untuk formasi shale oil), telah mampu mengembalikan kejayaan Negeri Adidaya dalam urusan memproduksi si emas hitam.

"Semua ini tentang peningkatan teknologi didukung oleh besarnya modal untuk investasi, dan unggulnya keterampilan pengebor minyak Amerika," ujar McNally, mantan pejabat sektor energi di era Presiden George W. Bush, seperti dikutip dari CNN Business pertengahan September lalu.


(wed) Next Article Terusir dari RI, Pria Sukabumi Jadi Raja Hotel Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular