
Kabar Baik, Wall Street Bangkit Lagi
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
27 December 2018 06:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham Wall Street mencatatkan hari terbaiknya dalam hampir 10 tahun terakhir, Rabu (26/12/2018), dengan Dow Jones Industrial Average membukukan kenaikan satu hari tertinggi sepanjang sejarah.
Reli yang terjadi di sektor ritel dan energi memimpin penguatan bursa Amerika Serikat (AS) yang babak belur dalam perdagangan sebelum libur Natal hari Senin lalu.
Dow Jones ditutup melesat kencang 1.086 poin lebih tinggi atau 4,98% di posisi 22.878,45. Kenaikan indeks ini di hari Rabu menjadi kenaikan tertinggi secara persentase sejak 23 Maret 2009 saat Dow Jones melompat 5,8%.
S&P 500 juga melonjak 4,96% ke 2.467,7 dan mencatatkan hari terbaiknya sejak Maret 2009 setelah sektor konsumer, energi, dan teknologi melompat lebih dari 6%. Nasdaq Composite juga membukukan hari terbaiknya sejak 23 Maret 2009 setelah terbang 5,84% ke level 6.554,36.
Hari Rabu menjadi reli terkencang pasca-Natal yang pernah dicatatkan Wall Street, CNBC International melaporkan.
Saham-saham peritel mencatatkan kinerja terbaik dan melesat naik 4,7% akibat bergairahnya belanja konsumen di musim liburan Natal dan Tahun Baru.Data yang dirilis Mastercard SpendingPulse menunjukkan bahwa peritel sedang mengalami musim liburan terbaiknya dalam enam tahun terakhir.
Saham Amazon juga melompat 9,45% setelah perusahaan mengatakan telah menjual barang-barang dalam jumlah yang mencetak rekor di musim liburan kali ini.
Saham-saham energi juga ikut melesat kencang setelah harga minyak mentah AS melejit lebih dari 8%.
John Augustine, chief investment officer di Huntington Private Bank, mengatakan menyambut baik reli hari Rabu tersebut namun menambahkan bahwa "Jalan kita masih panjang. Kita perlu bergerak naik tiga hari lagi menjelang penutupan [tahun] untuk menahan gelombang aksi jual ini."
Wall Street babak belur pada perdagangan hari Senin setelah indeks-indeks acuannya anjlok lebih dari 2% dan S&P 500 berakhir di bear market. Penurunan tersebut menjadi perdagangan malam Natal terburuk sepanjang sejarah.
Aksi jual yang terjadi didorong oleh sentimen negatif dari penutupan pemerintahan (government shutdown) di AS yang diperkirakan akan terjadi hingga akhir pekan ini, kritik Trump terhadap bank sentral Federal Reserve, dan kekhawatiran perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Reli yang terjadi di sektor ritel dan energi memimpin penguatan bursa Amerika Serikat (AS) yang babak belur dalam perdagangan sebelum libur Natal hari Senin lalu.
S&P 500 juga melonjak 4,96% ke 2.467,7 dan mencatatkan hari terbaiknya sejak Maret 2009 setelah sektor konsumer, energi, dan teknologi melompat lebih dari 6%. Nasdaq Composite juga membukukan hari terbaiknya sejak 23 Maret 2009 setelah terbang 5,84% ke level 6.554,36.
Hari Rabu menjadi reli terkencang pasca-Natal yang pernah dicatatkan Wall Street, CNBC International melaporkan.
Saham-saham peritel mencatatkan kinerja terbaik dan melesat naik 4,7% akibat bergairahnya belanja konsumen di musim liburan Natal dan Tahun Baru.Data yang dirilis Mastercard SpendingPulse menunjukkan bahwa peritel sedang mengalami musim liburan terbaiknya dalam enam tahun terakhir.
Saham Amazon juga melompat 9,45% setelah perusahaan mengatakan telah menjual barang-barang dalam jumlah yang mencetak rekor di musim liburan kali ini.
Saham-saham energi juga ikut melesat kencang setelah harga minyak mentah AS melejit lebih dari 8%.
John Augustine, chief investment officer di Huntington Private Bank, mengatakan menyambut baik reli hari Rabu tersebut namun menambahkan bahwa "Jalan kita masih panjang. Kita perlu bergerak naik tiga hari lagi menjelang penutupan [tahun] untuk menahan gelombang aksi jual ini."
Wall Street babak belur pada perdagangan hari Senin setelah indeks-indeks acuannya anjlok lebih dari 2% dan S&P 500 berakhir di bear market. Penurunan tersebut menjadi perdagangan malam Natal terburuk sepanjang sejarah.
Aksi jual yang terjadi didorong oleh sentimen negatif dari penutupan pemerintahan (government shutdown) di AS yang diperkirakan akan terjadi hingga akhir pekan ini, kritik Trump terhadap bank sentral Federal Reserve, dan kekhawatiran perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular