
Gara-gara Kabar Tak Sedap dari AS, Bursa Saham Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 December 2018 17:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona merah pada perdagangan terakhir di pekan ini: indeks Nikkei turun 1,11%, indeks Shanghai turun 0,79%, dan indeks Strait Times turun 0,15%. Sementara itu, indeks Hang Seng naik 0,51% dan indeks Kospi naik 0,07%.
Dua kabar tak sedap dari AS menekan laju bursa saham Asia hari ini. Kemarin (20/12/2018), Kementerian Kehakiman AS (DOJ) mengumumkan tuntutan kepada dua warga negara China, Zhu Hua dan Zhang Shilong, terkait usaha peretasan untuk mencuri rahasia dan hak kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan teknologi di berbagai belahan dunia, serta data pribadi dari 100.000 anggota angkatan laut AS. Di AS sendiri, ada 45 perusahaan teknologi yang disasar.
Tuntutan dari DOJ menyatakan bahwa kedua orang tersebut melakukan peretasan di setidaknya 12 negara. Lebih parahnya lagi, AS mendakwa bahwa dua orang tersangka tersebut memiliki keterkaitan dengan pemerintah China.
"China akan sulit untuk berpura-pura bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas kejadian ini," tegas Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein dalam jumpa pers, seperti dikutip dari CNBC International.
Sekedar mengingatkan, pemerintahan Trump sudah sejak lama menuduh China sebagai pencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan teknologi asal AS.
Lantas, tuntutan resmi dari DOJ memperparah keadaan. Damai dagang AS-China secara permanen bisa kian sulit untuk dicapai.
Kemudian, ada potensi pemerintahan AS ditutup (government shutdown) mulai esok hari (22/12/2018). Pada pagi hari ini waktu Indonesia, House of Representative telah meloloskan anggaran sementara versi terbaru yang akan membuat pemerintahan AS tetap beroperasi hingga 8 Februari 2019. Kali ini, anggaran senilai lebih dari US$ 5 miliar untuk pembangunan tembok perbatasan dimasukkan kedalamnya.
Namun, anggaran ini diproyeksikan tak akan lolos ketika para senator melakukan pemungutan suara. Pasalnya, sebanyak 60 suara dibutuhkan untuk meloloskan anggaran sementara. Kini, partai Republik hanya menguasai sebanyak 51 kursi di Senate.
Pada akhirnya, shutdown akan sulit terelakkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Dua kabar tak sedap dari AS menekan laju bursa saham Asia hari ini. Kemarin (20/12/2018), Kementerian Kehakiman AS (DOJ) mengumumkan tuntutan kepada dua warga negara China, Zhu Hua dan Zhang Shilong, terkait usaha peretasan untuk mencuri rahasia dan hak kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan teknologi di berbagai belahan dunia, serta data pribadi dari 100.000 anggota angkatan laut AS. Di AS sendiri, ada 45 perusahaan teknologi yang disasar.
Tuntutan dari DOJ menyatakan bahwa kedua orang tersebut melakukan peretasan di setidaknya 12 negara. Lebih parahnya lagi, AS mendakwa bahwa dua orang tersangka tersebut memiliki keterkaitan dengan pemerintah China.
Sekedar mengingatkan, pemerintahan Trump sudah sejak lama menuduh China sebagai pencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan teknologi asal AS.
Lantas, tuntutan resmi dari DOJ memperparah keadaan. Damai dagang AS-China secara permanen bisa kian sulit untuk dicapai.
Kemudian, ada potensi pemerintahan AS ditutup (government shutdown) mulai esok hari (22/12/2018). Pada pagi hari ini waktu Indonesia, House of Representative telah meloloskan anggaran sementara versi terbaru yang akan membuat pemerintahan AS tetap beroperasi hingga 8 Februari 2019. Kali ini, anggaran senilai lebih dari US$ 5 miliar untuk pembangunan tembok perbatasan dimasukkan kedalamnya.
Namun, anggaran ini diproyeksikan tak akan lolos ketika para senator melakukan pemungutan suara. Pasalnya, sebanyak 60 suara dibutuhkan untuk meloloskan anggaran sementara. Kini, partai Republik hanya menguasai sebanyak 51 kursi di Senate.
Pada akhirnya, shutdown akan sulit terelakkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular