Tren Koreksi Berlanjut, Indeks Nikkei Terendah dalam 15 Bulan

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
21 December 2018 13:54
Ini memicu kembali kekhawatiran perlambatan ekonomi global dimana pada saat yang sama penguatan nilai tukar yen juga jadi katalis pelemahan bursa Jepang.
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Tokyo, CNBC Indonesia - Indeks acuan Nikkei Tokyo memperpanjang tren koreksi dan berada pada level terendah dalam 15 bulan terakhir. Ini memicu kembali kekhawatiran perlambatan ekonomi global dimana pada saat yang sama penguatan nilai tukar yen juga jadi katalis pelemahan bursa Jepang.

Indeks Nikkei 225 ditutup turun 1,11% atau 226,39 poin menjadi 20.166,19, terendah sejak September tahun lalu, sedangkan indeks Topix yang lebih luas melemah 1,91% atau 28,97 poin pada 1.488,19.

Bayangan kemungkinan penutupan pemerintahan (government shutdown) juga menjadi sentimen negatif bagi pasar saham asia.

Presiden Donald Trump hari Kamis mengatakan keamanan perbatasan harus menjadi bagian perumusan pendanaan pemerintahannya. Pernyataan ini meningkatkan ancaman penutupan sebagian aktivitas pemerintahan AS hari Sabtu.

Para anggota Partai Republik di House of Representatives AS berjuang mencoba merevisi rancangan yang sudah disetujui Senat untuk menenangkan Trump setelah ia mengatakan tidak akan menandatangani rancangan undang-undang anggaran tersebut, dilansir dari Reuters.

Drama anggaran negara ini terjadi sesaat sebelum para anggota dewan menjalani libur Natal mereka dan 36 jam sebelum pendanaan untuk lembaga-lembaga negara yang menangani kegiatan penegakan hukum federal, keamanan bandara, eksplorasi luar angkasa, dan program pertanian kadaluwarsa.

The Fed
Pelaku pasar dibuat gamang oleh keputusan The Federal Reserve/The Fed yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke ke 2,25-2,5% atau median 2,375%. Kenaikan suku bunga acuan lantas menjadi energi positif bagi dolar AS, setidaknya dalam jangka pendek.

Sebagai tambahan, The Fed juga memperkirakan ada perlambatan ekonomi di Negeri Paman Sam. Untuk tahun ini, ekonomi AS diperkirakan tumbuh 3% dan tahun depan melambat ke 2,3%.

AS adalah perekonomian nomor 1 dunia. Kala ekonomi AS melambat, maka dampaknya akan meluas ke seluruh negara dan menjadi perlambatan ekonomi global. Potensi perlambatan ekonomi global membuat pelaku pasar ketar-ketir dan memilih bermain aman.

Arus modal pun memihak ke dolar AS yang berstatus sebagai safe haven (yang kemudian patut dipertanyakan), apalagi ada energi dari kenaikan suku bunga acuan di Negeri Paman Sam.

Meski demikian, peruntungan pasar keuangan Asia justru membaik selepas tengah hari. Dolar AS kehabisan bensin karena meski The Fed menaikkan suku bunga, tetapi investor ternyata lebih melihat ke depan (forward looking).

Dalam rapat kemarin, The Fed menurunkan target suku bunga acuan pada akhir 2019 dari awalnya di median 3,1% menjadi 2,8%. Artinya, suku bunga acuan kemungkinan naik setidaknya dua kali tahun depan, lebih sedikit dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali.


(hps) Next Article Jelang Libur Panjang, Bursa Tokyo Bisa Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular