
Simak, Ramalan Bos BNI dan Mandiri Soal Ekonomi RI 2019
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
20 December 2018 19:00

Kendal, CNBC Indoensia - Tahun 2018 sebentar lagi dilalui. Seorang Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, pun bicara mengenai banyaknya tantangan bagi Indonesia sendiri selama tahun ini.
Sementara ketidakpastian global, seperti perang dagang, sampai normalisasi bunga acuan AS masih menghantui Indonesia di 2019.
Seperti apa ramalan ekonomi di tahun politik ke depan?
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Achmad Baiquni, dan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Kartika Wirjoatmodjo, bicara soal hal tersebut.
Ditemui di Kendal saat peresmian tol Trans Jawa, Kamis (20/12/2018), kedua bos bank BUMN ini bercerita kepada media yang menghadiri acara tersebut.
Berikut petikan wawancara kedua bos bank BUMN ini terbesar di Indonesia ini.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquini :
Bagaimana prediksi tahun 2019?
Nah kita lihat The Fed bagaimana, kan dengar The Fed mau naikkan. Kita tak bisa lepaskan diri kita dari Fed.
Industri perbankan seperti apa?
Sebenarnya kalau kita lihat ya, artinya pebisnis atau masyarakat sudah terbiasa dengan kegiatan politik, kalau kita lihat Pilkada kan tiap tahun. Kalau Pileg, Pilpres, lima tahun sekali. Tapi sepertinya itu tidak terlalu memberi dampak yang memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Kita anggap normal saja. Memang ada sebagian nasabah yang menunggu terlebih dahulu, nanati kita lihat hasilnya. Tapi ada juga nasabah yang oh ini saatnya. Jadi saya pikir, ekonomi 2019 dibanding 2018 tidak akan jauh berbeda.
Bagaimana ekonomi global?
Tekanan perang dagang mulai reda, jadi kita tidak terlalu khawatirlah. Yang paling penting peluang baru, kita harus pandai cari celah. AS-China perang? Ya kita cari pasar baru. Kan masih banyak, luas, seperti Afrika, atau sekarang kita tidak perlu khawatir misal CPO kita di banned, kemudian langkah pemerintah lakukan hilirisasi, gunakan bahan baku CPO, diolah jadi biodiesel 100 persen, itukan artinya apa?
Ya kita tak usah pusing-pusing lagi mengekspor, paling tidak kita mengurangi impor solarnya. Itukan bagus juga. Jadi kita harus cari langkah.
Saya optimistis, pemerintah sudah prediksi Pertumbuhan Ekonomi lebih tinggi dari tahun ini.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo :
Outlook industri perbankan ke depan?
Tahun depan saya rasa tahun ini saja cukup baik ya. NPL turun, kemudian pertumbuhan kredit di atas 13%. Kemudian juga kalo kita lihat CAR-nya memadai.
Bank-bank besar secara pertumbuhan laba juga cukup baik. Jadi tahun depan harusnya makin baik. Tapi cuma tahun depan tantangannya adalah likuiditas karena likuiditasnya tidak merata antara bank besar dan kecil. Sehingga mungkin suku bunga dari awal tahun akan ketat.
Dari awal tahun deposito yang special rate akan tinggi. Mungkin untuk bank-bank menengah atau kecil akan menyesuaikan lebih berat dan mungkin akan menekan NIM. NIM nya akan lebih kecil. Tapi pertumbuhan kredit stabil 13%. Perbaikan NPL semakin naik.
Kondisi perekonomian global?
Memang ada kondisi akan melambat kan karena ada perang dagang, memang kencerderungan angka pertumbuhan ekonomi AS dan China kan tidak sebagus yang diharapkan.
Memang kalau ada sinyal AS dan China mungkin akan cari resolusi, tapi dampaknya tak akan signifikan. Tidak berimpact pada resesi.
Tapi misal perlambatannya memburuk dan ada perang dagang mungkin yang terkena adalah komoditas ya. Mungkin minyak CPO akan mengalami penurunan harga dan demand-nya akan turun. Jadi negara-negara maju mungkin akan melambatnya di sisi growth-nya, itu berdampak ke negara-negara berkembang. Indonesia tekanan di neraca perdagangan kita akan lebih berat, ekspor akan melambat.
Intinya kalau harga CPO harga batu bara turun kan Indonesia pasti kena impact. Karena ekspor kita komoditas. Mungkin kalau skenarionya seperti sekarang ini masih oke tapi kalau memburuk kita akan terkena impact dari sisi ekspor. Akan lebih turun lagi. Yang krusial di dalam negeri bagaimana kendalikan impor.
(dru/gus) Next Article Erick Akhirnya Bicara Bongkar Pasang Direksi Mandiri-BNI-BRI
Seperti apa ramalan ekonomi di tahun politik ke depan?
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Achmad Baiquni, dan Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Kartika Wirjoatmodjo, bicara soal hal tersebut.
Berikut petikan wawancara kedua bos bank BUMN ini terbesar di Indonesia ini.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquini :
![]() |
Bagaimana prediksi tahun 2019?
Nah kita lihat The Fed bagaimana, kan dengar The Fed mau naikkan. Kita tak bisa lepaskan diri kita dari Fed.
Industri perbankan seperti apa?
Sebenarnya kalau kita lihat ya, artinya pebisnis atau masyarakat sudah terbiasa dengan kegiatan politik, kalau kita lihat Pilkada kan tiap tahun. Kalau Pileg, Pilpres, lima tahun sekali. Tapi sepertinya itu tidak terlalu memberi dampak yang memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Kita anggap normal saja. Memang ada sebagian nasabah yang menunggu terlebih dahulu, nanati kita lihat hasilnya. Tapi ada juga nasabah yang oh ini saatnya. Jadi saya pikir, ekonomi 2019 dibanding 2018 tidak akan jauh berbeda.
Bagaimana ekonomi global?
Tekanan perang dagang mulai reda, jadi kita tidak terlalu khawatirlah. Yang paling penting peluang baru, kita harus pandai cari celah. AS-China perang? Ya kita cari pasar baru. Kan masih banyak, luas, seperti Afrika, atau sekarang kita tidak perlu khawatir misal CPO kita di banned, kemudian langkah pemerintah lakukan hilirisasi, gunakan bahan baku CPO, diolah jadi biodiesel 100 persen, itukan artinya apa?
Ya kita tak usah pusing-pusing lagi mengekspor, paling tidak kita mengurangi impor solarnya. Itukan bagus juga. Jadi kita harus cari langkah.
Saya optimistis, pemerintah sudah prediksi Pertumbuhan Ekonomi lebih tinggi dari tahun ini.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo :
![]() |
Outlook industri perbankan ke depan?
Tahun depan saya rasa tahun ini saja cukup baik ya. NPL turun, kemudian pertumbuhan kredit di atas 13%. Kemudian juga kalo kita lihat CAR-nya memadai.
Bank-bank besar secara pertumbuhan laba juga cukup baik. Jadi tahun depan harusnya makin baik. Tapi cuma tahun depan tantangannya adalah likuiditas karena likuiditasnya tidak merata antara bank besar dan kecil. Sehingga mungkin suku bunga dari awal tahun akan ketat.
Dari awal tahun deposito yang special rate akan tinggi. Mungkin untuk bank-bank menengah atau kecil akan menyesuaikan lebih berat dan mungkin akan menekan NIM. NIM nya akan lebih kecil. Tapi pertumbuhan kredit stabil 13%. Perbaikan NPL semakin naik.
Kondisi perekonomian global?
Memang ada kondisi akan melambat kan karena ada perang dagang, memang kencerderungan angka pertumbuhan ekonomi AS dan China kan tidak sebagus yang diharapkan.
Memang kalau ada sinyal AS dan China mungkin akan cari resolusi, tapi dampaknya tak akan signifikan. Tidak berimpact pada resesi.
Tapi misal perlambatannya memburuk dan ada perang dagang mungkin yang terkena adalah komoditas ya. Mungkin minyak CPO akan mengalami penurunan harga dan demand-nya akan turun. Jadi negara-negara maju mungkin akan melambatnya di sisi growth-nya, itu berdampak ke negara-negara berkembang. Indonesia tekanan di neraca perdagangan kita akan lebih berat, ekspor akan melambat.
Intinya kalau harga CPO harga batu bara turun kan Indonesia pasti kena impact. Karena ekspor kita komoditas. Mungkin kalau skenarionya seperti sekarang ini masih oke tapi kalau memburuk kita akan terkena impact dari sisi ekspor. Akan lebih turun lagi. Yang krusial di dalam negeri bagaimana kendalikan impor.
(dru/gus) Next Article Erick Akhirnya Bicara Bongkar Pasang Direksi Mandiri-BNI-BRI
Most Popular