
Bos BCA: BI Lebih Baik Naikkan Bunga daripada Rupiah Melemah
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
20 December 2018 12:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) bakal merilis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang memutuskan bunga acuan di Desember 2018.
Konsensus yang dikumpulkan CNBC Indonesia memandang kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate bulan lalu dinilai sudah memadai.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 6%.
Namun, pandangan berbeda disampaikan oleh Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaadmadja. Menurutnya kenaikan bunga justru lebih baik ketimbang mengorbankan kurs rupiah.
"Saya menganggap kenaikan bunga lebih baik daripada kurs melemah lagi," kata Jahja kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/12/2018).
"Karena kalau bunga BI naik, bank juga tidak langsung menaikkan [bunga] kredit," imbuhnya.
Tapi menurut Jahja kalau kurs yang tertekan maka impact atau dampaknya akan lebih dalam terhadap sektor riil.
"Kalau kurs, semua bahan baku import terkena dan tahun depan hadapi lebaran harga barang jangan sampai menggila," tutur Jahja.
BI sudah menaikkan suku bunga acuan 25 bps bulan lalu, langkah yang di luar perkiraan pasar. Namun langkah itu terbukti cukup ampuh membuat rupiah digdaya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Selama November, rupiah menguat 5,45% secara point-to-point.
Sepanjang 2018, BI telah menaikkan bunga acuan sebesar 175 bps.
Berikut datanya :
(dru/dru) Next Article Waspadai Ketidakpastian, Bunga Acuan BI 7-Day RR Tetap di 4%
Konsensus yang dikumpulkan CNBC Indonesia memandang kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate bulan lalu dinilai sudah memadai.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 6%.
"Saya menganggap kenaikan bunga lebih baik daripada kurs melemah lagi," kata Jahja kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/12/2018).
"Karena kalau bunga BI naik, bank juga tidak langsung menaikkan [bunga] kredit," imbuhnya.
Tapi menurut Jahja kalau kurs yang tertekan maka impact atau dampaknya akan lebih dalam terhadap sektor riil.
"Kalau kurs, semua bahan baku import terkena dan tahun depan hadapi lebaran harga barang jangan sampai menggila," tutur Jahja.
BI sudah menaikkan suku bunga acuan 25 bps bulan lalu, langkah yang di luar perkiraan pasar. Namun langkah itu terbukti cukup ampuh membuat rupiah digdaya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Selama November, rupiah menguat 5,45% secara point-to-point.
Sepanjang 2018, BI telah menaikkan bunga acuan sebesar 175 bps.
Berikut datanya :
- 15 November 2018 : 6%
- 23 Oktober 2018 : 5,74%
- 27 September 2018 : 5,75%
- 15 Agustus 2018 : 5,5%
- 19 Juli 2018 : 5,25%
- 29 Juni 2018 : 5,25%
- 30 Mei 2018 : 4,75%
- 17 Mei 2018 : 4,50%
- 19 April 2018 : 4,25%
- 22 Maret 2018 : 4,25%
- 15 Februari 2018 : 4,25%
- 18 Januari 2018 : 4,25%
(dru/dru) Next Article Waspadai Ketidakpastian, Bunga Acuan BI 7-Day RR Tetap di 4%
Most Popular