
'Dibantu' The Fed, Rupiah Jadi Terbaik Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 December 2018 16:37

Penguatan rupiah tergerus seiring perkembangan harga minyak. Dini hari tadi, harga minyak jenis brent anjlok sampai di kisaran 5% sementara light sweet jatuh sekitar 7%.
Namun mulai pagi tadi, harga si emas hitam rebound. Harga minyak terus bertahan di zona hijau hingga sore ini. Pada pukul 16:15 WIB, harga brent naik 0,66% dan light sweet bertambah 0,48%.
Baca: Awas Terpeleset Minyak! |
Namun mulai pagi tadi, harga si emas hitam rebound. Harga minyak terus bertahan di zona hijau hingga sore ini. Pada pukul 16:15 WIB, harga brent naik 0,66% dan light sweet bertambah 0,48%.
Setelah terkoreksi dalam, wajar apabila harga minyak bisa menguat. Namun penguatan harga minyak, apalagi bisa bertahan seharian, membuat investor khawatir dengan nasib rupiah.
Maklum, Indonesia adalah negara net importir migas. Impor migas yang tinggi berperan besar dalam menciptakan defisit di neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan.
Pada Januari-November 2018, neraca perdagangan migas Indonesia mencatat defisit US$ 12,15 miliar. Akibatnya, neraca perdagangan secara keseluruhan menjadi minus US$ 7,51 miliar karena surplus neraca perdagangan non-migas yang sebesar US$ 4,64 tidak mampu menambal.
Ketika neraca perdagangan defisit, maka transaksi berjalan (yang mencerminkan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa) tentu akan ikut defisit. Tekornya transaksi berjalan membuat rupiah sulit menguat, karena tidak punya modal devisa yang memadai. Oleh karena itu, kenaikan harga minyak menjadi sentimen negatif bagi rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Maklum, Indonesia adalah negara net importir migas. Impor migas yang tinggi berperan besar dalam menciptakan defisit di neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan.
Pada Januari-November 2018, neraca perdagangan migas Indonesia mencatat defisit US$ 12,15 miliar. Akibatnya, neraca perdagangan secara keseluruhan menjadi minus US$ 7,51 miliar karena surplus neraca perdagangan non-migas yang sebesar US$ 4,64 tidak mampu menambal.
Ketika neraca perdagangan defisit, maka transaksi berjalan (yang mencerminkan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa) tentu akan ikut defisit. Tekornya transaksi berjalan membuat rupiah sulit menguat, karena tidak punya modal devisa yang memadai. Oleh karena itu, kenaikan harga minyak menjadi sentimen negatif bagi rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Next Page
Rupiah 'Tertolong' The Fed
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular