
Rupiah Bisa Lebih Kuat dari Rp 14.000/US$, Asal...
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
19 December 2018 12:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukarĀ rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat cukup tajam. Mata uang Garuda tidak hanya menguat di pasar spot, namun juga di kurs acuan.
Pada Rabu (19/12/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) berada di Rp 14.380/US$. Rupiah menguat 0,98%.
Di pasar spot pada pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.385. Rupiah menguat 0,76% dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan hari sebelumnya
Kalangan analis saat berbincang dengan CNBC Indonesia menyebut, mata uang Garuda masih mungkin menyentuh level di bawah Rp 14.000/US$, dengan satu catatan.
"Tergantung hasil rapat The Fed. Kalau hasilnya dovish, maka ada peluang untuk kembali ke level di bawah Rp 14.000/US$," kata Ekonom Maybank Myrdal Gunarto kepada CNBC Indonesia.
Menurut Myrdal, penguatan rupiah hari ini dipengaruhi oleh arus modal yang masuk ke pasar keuangan domestik, seiring dengan ekspektasi Fed yang dovish.
Hal tersebut didasari oleh perkembangan ekonomi global, di mana prospek stagnansi ekonomi Paman Sama, serta pernyataan Presiden Donald Trump yang mendesak fed tak lagi mengerek bunga acuan.
"Kondisi tersebut membuat investor global kembali menjadikan negara emerging countries yang memberikan imbal hasil tinggi," jelasnya.
Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual pun mempekirakan Bank Indonesia (BI) akan menahan bunga acuan bulan ini, seiring dengan sikap dovish The Fed.
"Mereka akan tahan, karena Fed will be less aggressive next year," jelasnya.
(dru) Next Article Jangan Senang Dulu, Penguatan Rupiah Semata Karena Eksternal
Pada Rabu (19/12/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) berada di Rp 14.380/US$. Rupiah menguat 0,98%.
Di pasar spot pada pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.385. Rupiah menguat 0,76% dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan hari sebelumnya
![]() |
"Tergantung hasil rapat The Fed. Kalau hasilnya dovish, maka ada peluang untuk kembali ke level di bawah Rp 14.000/US$," kata Ekonom Maybank Myrdal Gunarto kepada CNBC Indonesia.
Menurut Myrdal, penguatan rupiah hari ini dipengaruhi oleh arus modal yang masuk ke pasar keuangan domestik, seiring dengan ekspektasi Fed yang dovish.
"Kondisi tersebut membuat investor global kembali menjadikan negara emerging countries yang memberikan imbal hasil tinggi," jelasnya.
Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual pun mempekirakan Bank Indonesia (BI) akan menahan bunga acuan bulan ini, seiring dengan sikap dovish The Fed.
"Mereka akan tahan, karena Fed will be less aggressive next year," jelasnya.
(dru) Next Article Jangan Senang Dulu, Penguatan Rupiah Semata Karena Eksternal
Most Popular