
Sederet Alasan Kenapa Rupiah Bisa Hajar Dolar AS Dkk
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
19 December 2018 11:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat cukup tajam. Mata uang Garuda tidak hanya menguat di pasar spot, namun juga di kurs acuan.
Pada Rabu (19/12/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) berada di Rp 14.380/US$. Rupiah menguat 0,98%.
Di pasar spot pada pukul 11:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.370. Rupiah menguat 0,86% dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kalangan analis saat berbincang dengan CNBC Indonesia membeberkan sejumlah faktor yang membuat nilai tukar rupiah menguat nyaris 1% jelang rapat bank sentral AS (The Federal Reserve).
Faktor pertama, adalah adanya kemungkinan The Fed menahan bunga acuan di bulan ini. Hal tersebut didukung dengan ekspektasi pelaku pasar yang memperkirakan Fed tak lagi hawkish tahun depan.
Ini tak lepas dari munculnya risiko resesi di negeri Paman Sam. Pelaku pasar memperkirakan, Jerome Powell Cs tidak lagi agresif menaikkan bunga tahun depan.
"Ekspektasi market AS itu dovish. Begitupun di tahun depan. Ini yang buat dolar melemah," kata Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro.
Faktor kedua, adalah penurunan harga minyak dunia. Penurunan harga minyak menjadi kabar baik bagi Indonesia, karena impor bisa berkurang dan membantu meringankan derita transaksi berjalan.
"Harga minyak jatuh 8% sejak kemarin, dan ini memberikan sentimen positif bagi rupiah," kata Kepala Ekonom BCA David Sumual.
Adapun faktor yang ketiga, adalah kenaikan harga CPO yang ikut mengerek ekspor kepala sawit. Penguatan rupiah, pun sejatinya juga tertolong dengan kenaikan harga komoditas meski tipis.
(dru) Next Article Jangan Senang Dulu, Penguatan Rupiah Semata Karena Eksternal
Pada Rabu (19/12/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) berada di Rp 14.380/US$. Rupiah menguat 0,98%.
Di pasar spot pada pukul 11:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.370. Rupiah menguat 0,86% dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Faktor pertama, adalah adanya kemungkinan The Fed menahan bunga acuan di bulan ini. Hal tersebut didukung dengan ekspektasi pelaku pasar yang memperkirakan Fed tak lagi hawkish tahun depan.
Ini tak lepas dari munculnya risiko resesi di negeri Paman Sam. Pelaku pasar memperkirakan, Jerome Powell Cs tidak lagi agresif menaikkan bunga tahun depan.
"Ekspektasi market AS itu dovish. Begitupun di tahun depan. Ini yang buat dolar melemah," kata Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro.
Faktor kedua, adalah penurunan harga minyak dunia. Penurunan harga minyak menjadi kabar baik bagi Indonesia, karena impor bisa berkurang dan membantu meringankan derita transaksi berjalan.
"Harga minyak jatuh 8% sejak kemarin, dan ini memberikan sentimen positif bagi rupiah," kata Kepala Ekonom BCA David Sumual.
Adapun faktor yang ketiga, adalah kenaikan harga CPO yang ikut mengerek ekspor kepala sawit. Penguatan rupiah, pun sejatinya juga tertolong dengan kenaikan harga komoditas meski tipis.
(dru) Next Article Jangan Senang Dulu, Penguatan Rupiah Semata Karena Eksternal
Most Popular