Masih Pagi, Rupiah Sudah Nomor 1 di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 December 2018 08:17
Dolar AS Sedang Sepi Peminat
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rupiah dkk di Asia mampu memanfaatkan dolar AS yang memang sedang tertekan secara global. Pada pukul 08:09 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,21%. 

Seperti kemarin, investor masih menantikan rapat The Federal Reserve/The Fed yang semakin dekat. Akan tetapi, sepertinya semakin dekat ke pelaksanaan rapat yang ada malah kemungkinan kenaikan suku bunga jadi semakin tipis. 

Mengutip CME Fedwatch, kini probabilitas Jerome 'Jay' Powell dan sejawat menaikkan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,25-2,5% adalah 68,9%. Kemarin, posisinya masih di 72,3% dan sepekan lalu ada di 75,8%. 

Proyeksi perlambatan ekonomi AS dan dunia membuat pelaku pasar mulai mengubah taruhannya. Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini di kisaran 3,7%, dan tahun depan melambat menjadi 3,5%. 

Sedangkan ekonomi AS tahun ini diramal tumbuh 2,9% sebelum melambat ke 2,7% tahun depan. Kemudian pertumbuhan ekonomi Uni Eropa pada 2018 diperkirakan sebesar 1,9% dan melambat ke 1,8% pada 2019. 

Lalu ekonomi China tahun ini diproyeksikan tumbuh 6,6% sebelum melambat ke 6,3% tahun depan. Sementara ekonomi Indonesia tahun depan diperkirakan stagnan, sama dengan tahun ini yaitu tumbuh 5,2%. 

Oleh karena itu, kemungkinan The Fed menahan suku bunga kini menjadi semakin besar. Ada peluang The Fed sudah mulai dovish pada bulan ini, lebih awal dari perkiraan sebelumnya yaitu tahun depan. Dampaknya, dolar AS masih akan dijauhi oleh pelaku pasar.

Apalagi dolar AS juga kehilangan kemolekannya karena imbal hasil (yield) obligasi AS yang semakin menurun. Pada pukul 08:11 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 1,3 bps. 

Yield di pasar sekunder akan menjadi patokan dalam penentuan kupon di lelang pasar perdana. Ketika yield turun, maka kupon tentu menjadi rendah dan kurang menarik. Pasar obligasi AS yang kurang atraktif ini membuat permintaan terhadap greenback ikut turun sehingga nilainya melemah. 

Rupiah bisa memanfaatkan situasi ini dengan kembali mencatat penguatan. Jika rupiah kembali ditutup menguat hari ini, maka akan menjadi apresiasi selama 3 hari beruntun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular