Selepas Aksi Jual Besar-Besaran, Wall Street akan Rebound

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
18 December 2018 18:10
Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Lucas Jackson
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 161 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 17 dan 49 poin.

Wall Street akan rebound pasca kemarin (17/12/2018) mengalami tekanan jual yang begitu besar. Kemarin, Dow Jones anjlok 2,02%, S&P 500 amblas 1,91%, dan Nasdaq ambrol 2,27%.

Namun, sejumlah sentimen negatif masih menghantui laju Wall Street.

Pertama, indikasi datangnya resesi makin kencang digaungkan oleh pasar obligasi AS. Pada perdagangan tanggal 4 Desember, terjadi inversi spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps). Hal ini merupakan indikasi awal dari datangnya resesi di AS.

Lebih lanjut, konfirmasi datang-tidaknya resesi bisa berasal dari inversi atas obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Pada perdagangan hari ini, spread yield antara kedua tenor tersebut adalah sebesar -40 bps. Memang belum terjadi inversi, tapi nilainya menipis dari posisi kemarin (17/12/2018) yang sebesar -46 bps atau semakin mengarah ke inversi.

Sebagai informasi, inversi pada spread yield obligasi AS tenor 3-5 tahun dan 3 bulan-10 tahun terjadi setidaknya pada 3 resesi terakhir yang dialami oleh AS.

Berbicara mengenai resesi di AS, salah satu pemicunya bisa datang dari perang dagang dengan China. Sayangnya, perkembangan perang dagang dengan China juga tak baik. Pada pagi hari ini, Presiden China Xi Jinping memberikan pidato dalam peringatan 40 tahun dari "reform and opening up".

Sebagai informasi, 18 Desember merupakan peringatan dari keberhasilan pemimpin China terdahulu Deng Xiaoping dalam merestrukturisasi ekonomi China. Hal ini dilakukannya dengan mengizinkan pihak individu untuk mempunyai kepemilikan dalam berbagai industri dan membuka akses bagi perusahaan asing terhadap perekonomian China.

Pidato ini menjadi penting lantaran akan memberikan petunjuk terkait dengan arah kebijakan ekonomi China, apakah akan mengikuti tuntutan AS dengan membuka perekonomiannya lebih lanjut, atau justru mempertahankan sikap proteksionis dan merugikan negara-negara lainnya.

Ternyata, Xi mengatakan tidak ada pihak manapun yang bisa mendikte arah kebijakan China.

"Tidak ada pihak yang berada dalam posisi untuk mendikte warga negara China terkait apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan," tegas Xi, seperti dikutip dari CNBC International.

Ia menegaskan bahwa China harus tetap berada dalam jalur reformasi yang sedang dijalaninya sekarang.

"Kami akan dengan tegas mereformasi apa yang seharusnya dan bisa direformasi, dan tidak mengubah (kebijakan) yang memang sudah seharusnya dan tidak bisa direformasi," lanjut Xi.

Memang, Xi tak secara gamblang menyebut nama AS di dalam pidatonya. Namun tetap saja, siapa lagi yang disasar oleh Xi kalau bukan musuh bebuyutannya tersebut.

Dengan sikap Xi yang keras tersebut, peluang tercapainya damai dagang dengan AS secara permanen menjadi memudar.

Pada pukul 20:30 WIB, data pembangunan hunian baru periode November akan dirilis.

Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Perlambatan Ekonomi Kian Terasa, Wall Street akan Terkoreksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular