
Analisis Teknikal
Kondisi Global Kurang Bersahabat, IHSG Potensi Alami Koreksi
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
17 December 2018 08:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan kemarin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatatkan penguatan sebesar 0,7% di level 6.169, capaian tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu yang terbaik di antara bursa utama Asia yang juga mengalami penguatan.
Dari bursa global, tiga indeks utama Wall Street bergerak melemah pada akhir pekan di tengah kekhawatiran Eropa yang justru menghentikan stimulus dalam kondisi perekonomian yang melambat.
Dow Jones terperosok 2,02%, S&P 500 anjlok 1,91%, dan Nasdaq berkurang 2,26%. Pada Kamis (13/12/2018). European Central Bank (ECB) secara resmi mengakhiri program stimulus berupa pembelian surat berharga (quantitative easing) dan mempertahankan suku bunganya di level 0 persen.
Pengaruh pengetatan yang dilakukan ECB tersebut membuat pelaku pasar memburu dolar Amerika Serikat (AS) karena di anggap mata uang yang aman di tengah gejolak resiko. Akibatnya, dolar indeks (DXY) menguat hingga level 97,5 dan menekan mata uang dunia lainnya.
Akibatnya rupiah terpengaruh dan tak berdaya dengan dibanderol Rp 14.580 per 1 US$ di akhir penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,62% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Dari dalam negeri, pelaku pasar akan menanti rilis data neraca dagang yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) menjelang siang ini.
Konsensus pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 2,7% year-on-year (YoY) sementara impor tumbuh lebih kencang yaitu 9,95% YoY. Sehingga neraca dagang diramal mengalami defisit US$ 1,02 miliar.
IHSG sendiri pekan pekan kemarin mengalami pelemahan meski tipis hanya 0,12% ke level 6.169. Melanjutkan pergerakan kemarin, Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi hari ini, Senin (17/12/2018), akan bergerak variatif dengan kecenderungan melemah.
Rentang pergerakannya berpotensi antara 6.200 hingga level 6.139. Prediksi pelemahan tersebut berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal.
Jika dilihat pergerakannya secara teknikal, IHSG cenderung stagnan untuk kembali naik. Level 6.200 menjadi penghalang kenaikan (resistance) yang cukup kuat.
Mengacu pada indikator rerata pergerakan selama lima hari (moving average/MA), indeks masih di jalur menguat karena posisinya masih bergerak di atas garis MA5. Namun demikian, posisinya cenderung terkikis karena adanya sinyal penurunan.
Terbentuknya pola bearish harami pada penutupan terakhir memberikan sinyal akan pelemahan. pola tersebut memberikan tanda akan terjadi pelemahan meski sifat kekuatannya menengah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/roy) Next Article Insentif Ditebar, Bisakah IHSG Keluar dari Tekanan di Sesi 2?
Dari bursa global, tiga indeks utama Wall Street bergerak melemah pada akhir pekan di tengah kekhawatiran Eropa yang justru menghentikan stimulus dalam kondisi perekonomian yang melambat.
Dow Jones terperosok 2,02%, S&P 500 anjlok 1,91%, dan Nasdaq berkurang 2,26%. Pada Kamis (13/12/2018). European Central Bank (ECB) secara resmi mengakhiri program stimulus berupa pembelian surat berharga (quantitative easing) dan mempertahankan suku bunganya di level 0 persen.
Akibatnya rupiah terpengaruh dan tak berdaya dengan dibanderol Rp 14.580 per 1 US$ di akhir penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,62% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Dari dalam negeri, pelaku pasar akan menanti rilis data neraca dagang yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) menjelang siang ini.
Konsensus pasar yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 2,7% year-on-year (YoY) sementara impor tumbuh lebih kencang yaitu 9,95% YoY. Sehingga neraca dagang diramal mengalami defisit US$ 1,02 miliar.
IHSG sendiri pekan pekan kemarin mengalami pelemahan meski tipis hanya 0,12% ke level 6.169. Melanjutkan pergerakan kemarin, Tim Riset CNBC Indonesia memprediksi hari ini, Senin (17/12/2018), akan bergerak variatif dengan kecenderungan melemah.
Rentang pergerakannya berpotensi antara 6.200 hingga level 6.139. Prediksi pelemahan tersebut berdasarkan perkembangan pasar dan hasil analisis secara teknikal.
Jika dilihat pergerakannya secara teknikal, IHSG cenderung stagnan untuk kembali naik. Level 6.200 menjadi penghalang kenaikan (resistance) yang cukup kuat.
![]() |
Terbentuknya pola bearish harami pada penutupan terakhir memberikan sinyal akan pelemahan. pola tersebut memberikan tanda akan terjadi pelemahan meski sifat kekuatannya menengah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/roy) Next Article Insentif Ditebar, Bisakah IHSG Keluar dari Tekanan di Sesi 2?
Most Popular