
Analisis Teknikal
Gerak IHSG Terganjal Kebijakan ECB, Mampukah Menguat?
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
14 December 2018 14:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga berakhirnya sesi I melemah 0,06% ke level 6.173. Pengetatan yang dilakukan European Central Bank (ECB) di tengah proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi benua biru tersebyt yang membuat pelaku pasar beralih ke dolar Amerika Serikat (AS).
Hal ini tercermin dari pergerakan dolar indeks (DXY) yang menguat hingga level 97.172. Akibanya mata uang selain dolar cenderung tertekan termasuk mata uang garuda. Hingga pukul 13:00 WIB, US$ 1 dibandrol Rp 14.550. Rupiah melemah 0,41% dibandingkan posisi penutupan sebelumnya.
ECB mengumumkan suku bunga acuan ditahan di level 0%, tidak berubah sejak 2016, Kamis (13/12/2018). ECB juga secara resmi mengakhiri program stimulus berupa pembelian surat berharga (quantitative easing) yang selama ini dilakukan guna mendongkrak laju perekonomian Benua Biru.
Pengetatan yang dilakukan oleh ECB membuat pelaku pasar juga meninggalkan instrumen berisiko tinggi seperti saham.
Lalu, kemana arah IHSG sesi dua akan bergerak? Apakah IHSG mampu ditutup di zona hijau? Tim Riset CNBC Indonesia menganalisis arah pergerakannya menggunakan analisis teknikal dengan hasil sebagai berikut:
Secara teknikal, IHSG masih berpotensi menguat dan mengakhiri perdagangan di zona. Dengan terbentuknya pola doji menunjukkan IHSG cenderung masih berkonsolidasi terhadap arah pergerakan selanjutnya.
Namun demikian, pergerakan jangka pendeknya yang cenderung naik (uptrend). Menunjukan IHSG masih mempunyai peluang akan kenaikan. Level penghalang (resistance) kenaikan IHSG di level 6.200 masih terus di uji.
Mengacu pada indikator teknikal rerata pergerakan harga (moving average/MA), indeks cenderung menunjukan penguatan dalam jangka pendek, hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya selama lima hari (MA5).
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(yam/hps) Next Article Insentif Ditebar, Bisakah IHSG Keluar dari Tekanan di Sesi 2?
Hal ini tercermin dari pergerakan dolar indeks (DXY) yang menguat hingga level 97.172. Akibanya mata uang selain dolar cenderung tertekan termasuk mata uang garuda. Hingga pukul 13:00 WIB, US$ 1 dibandrol Rp 14.550. Rupiah melemah 0,41% dibandingkan posisi penutupan sebelumnya.
ECB mengumumkan suku bunga acuan ditahan di level 0%, tidak berubah sejak 2016, Kamis (13/12/2018). ECB juga secara resmi mengakhiri program stimulus berupa pembelian surat berharga (quantitative easing) yang selama ini dilakukan guna mendongkrak laju perekonomian Benua Biru.
Lalu, kemana arah IHSG sesi dua akan bergerak? Apakah IHSG mampu ditutup di zona hijau? Tim Riset CNBC Indonesia menganalisis arah pergerakannya menggunakan analisis teknikal dengan hasil sebagai berikut:
![]() |
Namun demikian, pergerakan jangka pendeknya yang cenderung naik (uptrend). Menunjukan IHSG masih mempunyai peluang akan kenaikan. Level penghalang (resistance) kenaikan IHSG di level 6.200 masih terus di uji.
Mengacu pada indikator teknikal rerata pergerakan harga (moving average/MA), indeks cenderung menunjukan penguatan dalam jangka pendek, hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya selama lima hari (MA5).
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(yam/hps) Next Article Insentif Ditebar, Bisakah IHSG Keluar dari Tekanan di Sesi 2?
Most Popular