Analisis Teknikal

Soft Brexit dan Fiskal Italia Bikin GBP & Euro Terbang

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
13 December 2018 19:07
Pelaku pasar khususnya valuta asing menyambut dengan riang terkait kabar positif dari Inggris.
Foto: Ilustrasi Pound Sterling (REUTERS/Leonhard Foeger/)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar khususnya valuta asing menyambut dengan riang terkait kabar positif dari Inggris. Meski mendapat mosi tidak percaya, hasil pemungutan suara di parlemen ternyata tidak menggoyahkan Theresa May dari kursi Perdana Menteri.

May memenangkan dukungan parlemen dengan memperoleh 200 suara, sementara jumlah suara yang ingin memakzulkannya adalah 117.

Perkembangan ini membuat proses pembahasan keluarnya Inggris dari Uni Eropa secara halus (Soft Brexit) semakin menemui kepastian, karena tidak ada pergantian kepemimpinan.

Sebelumnya, May menegaskan pergantian kepemimpinan bukan jalan terbaik bagi Inggris yang sedang menghadapi sengkarut Brexit. Negeri John Bull sudah tidak punya banyak waktu, karena Bexit efektif berlaku pada 29 Maret 2019.

"Pemimpin baru tidak akan bisa bertugas pada 21 Januari (jadwal pelaksaan voting proposal Brexit di parlemen Inggris). Jadi memilih pemimpin baru menyebabkan risiko dalam negosiasi Brexit karena tidak akan ada waktu untuk renegosiasi proposal perpisahan," tegas May, dikutip dari Reuters.

Menyimak perkembangan positif yang terjadi di Inggris tersebut, poundsterling bergerak menguat terhadap dolar AS. Hingga berita ini di muat, poundsterling menguat 0,21% ke level 1.2657.
Sumber: Refinitiv
Berdasarkan analisa grafik, dalam jangka pendek posisi Pound sterling cenderung menguat terhadap dolar AS. Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya lima hari (moving average/MA5).

Mengacu pada indikator teknikal stochastic slow, ruang penguatannya nampak masih ada karena belum memasuki area jenuh beli (overbought).

Pound Inggris berpotensi menguji level 1.2704 terhadap dolar AS. Apabila tertembus, arah yang akan diuji selanjutnya adalah 1,2847 yang akan dicapai dalam periode jangka pendek.

Sentimen Positif dari Eropa Membawa EURO Menguat

Mengekor perkembangan positif yang ada di Britania raya, mata uang euro juga cenderung menguat. Perkembangan terbaru dari Eropa sendiri masih berkutat dari Italia.

Pemerintahan Perdana Menteri, Giuseppe Conte, semakin melunak soal rencana anggaran 2019. Awalnya, Roma mengajukan rancangan anggaran 2019 dengan defisit mencapai 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang ditolak Uni Eropa karena dianggap terlampau agresif.

Italia diminta mengurangi defisit agar tidak kembali jatuh ke jurang krisis fiskal seperti pada 2009-2010 lalu.

Mengutip Reuters, Conte disebut-sebut akan mengajukan rancangan anggaran baru dengan defisit 2% PDB. Pelaku pasar pun menyambut gembira kabar ini, dan yield obligasi pemerintah Italia tenor 10 tahun turun 1,2 bps.

Sepertinya kekhawatiran soal drama fiskal Italia bisa segera diselesaikan. Setelah perang dagang AS-China yang kini mereda, risiko dan Negeri Pizza pun tampaknya bisa sirna dalam waktu dekat.

Melihat perkembangan yang positif dari negeri Roberto Bagio tersebut, euro bergerak menguat terhadap dolar AS. Hingga berita ini di muat, euro menguat 0,09% ke level 1.1378.
Sumber: Refinitiv
Dalam jangka pendek, posisi euro cenderung menguat terhadap dolar AS. Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya lima hari (moving average/MA5).

Mengacu pada indikator teknikal stochastic slow, Ruang penguatannya nampak masih ada dengan bergerak di wilayah netral.

Level penopang penurunannya ada di level 1.1314, sedangkan level penghalang kenaikannya yang berpotensi ditembus dalam waktu dekat berada di 1,1451.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article IHSG Cetak Rekor, Perhatikan 4 Saham Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular