Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cukup oke pada perdagangan hari ini. Mengawali hari dengan menguat sebesar 0,35% IHSG menutup sesi 1 dengan memperlebar penguatannya menjadi 0,52% ke level 6.108,26.
Pada pukul 14:16 WIB, penguatan IHSG bertambah lebar lagi menjadi 0,55% ke level 6.109,97.
Perfroma IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 2,15%, indeks Shanghai naik 0,31%, indeks Hang Seng naik 1,67%, indeks Strait Times naik 1,05%, dan indeks Kospi naik 1,44%.
Namun, pelaku pasar sudah sepatutnya berhati-hati. Berbagai sentimen negatif dengan ketat menempel jalannya perdagangan. Berikut sejumlah sentimen negatif yang dimaksud.
Pergerakan pasar obligasi AS masih menunjukkan indikasi datangnya resesi. Pada perdagangan hari ini spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun adalah sebesar -45 bps (belum terjadi inversi), belum beranjak dari posisi per akhir perdagangan kemarin (11/12/2018). Posisi ini jauh lebih tipis dibandingkan posisi per awal bulan lalu yang sebesar -82 bps.
Sebagai catatan, pergerakan spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun begitu dicermati pelaku pasar lantaran konfirmasi datang atau tidaknya resesi bisa berasal dari situ. Ketika inversi terjadi, kemungkinan besar resesi akan datang.
Sebelumnya, indikasi awal datangnya resesi sudah terlihat dari inversi pada spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan tanggal 4 Desember, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps).
Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir, inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai. Perang dagang AS-China sudah merembet ke sesuatu yang sebelumnya tak pernah terlintas di benak investor. Pada 1 Desember, CFO Huawei global Meng Wanzhou ditangkap di Kanada. Penangkapan ini datang atas perintah AS dalam rangka investigasi terkait dengan penggunaan sistem perbankan global oleh Huawei untuk menghindari sanksi AS terhadap Iran. Salah satu bank yang terjebak dalam investigasi ini adalah HSBC.
Saat ini, Meng telah menjalani proses yang akan menentukan nasibnya, apakah akan di ekstradisi ke AS atau tidak. Jika di ekstradisi, Meng akan menghadapi tuntutan dari pihak AS terkait dengan konspirasi untuk menipu beberapa institusi keuangan. Untuk setiap tuntutan, hukuman maksimalnya adalah 30 tahun penjara.
Pada hari Selasa, pemerintah Kanada menyebutkan bahwa salah satu warga negaranya di China telah ditahan. 2 orang sumber menyebutkan bahwa orang yang dimaksud adalah mantan diplomat Kanada Michael Kovrig, seperti dilansir dari Reuters.
Beberapa saat yang lalu, Kementerian Luar Negeri China mengadakan konferensi pers namun enggan membagikan detil terkait dengan penahanan Kovrig, seperti dilansir dari CNBC International.
Celakanya, Trump mungkin memanfaatkan penahanan Meng sebagai keuntungan untuk ‘memenangkan’ perang dagang dengan China. Dikutip dari Reuters, Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa dirinya akan mengintervensi kasus ini jika terkait dengan masalah keamanan nasional atau jika itu bisa membantu menuntaskan kesepakatan dagang dengan China.
“Jika saya pikir itu baik (intervensi) untuk yang pastinya akan jadi kesepakatan dagang terbesar yang pernah dibuat – yang merupakan hal yang sangat penting – apa yang baik untuk keamanan nasional – saya pastinya akan mengintervensi jika saya pikir itu perlu,” papar Trump.
Pihak China tentu tak akan mau dipermainkan seperti itu. Kesepakatan dagang AS-China bisa kian sulit dicapai. Perdana Menteri Inggris Theresa May sejatinya dijadwalkan membawa kesepakatan Brexit yang sudah disepakati dengan Uni Eropa ke hadapan parlemen kemarin untuk kemudian dilakukan pemungutan suara.
Namun, May pada akhirnya membatalkan pemungutan suara tersebut. Berbicara di hadapan anggota parlemen, May mengatakan bahwa isu yang terkait dengan backstop di Irlandia utara masih menjadi kekhawatiran dan dirinya akan kembali menegosiasikan perjanjian yang sudah ada dengan Uni Eropa.
“Saya akan mengadakan perbincangan darurat dengan para pimpinan Uni Eropa untuk mendiskusikan perubahan-perubahan (yang mungkin dilakukan) terkait backstop,” papar May.
May kemudian bertolak ke Den Haag untuk bertemu dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan lajut bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel di Berlin, sebelum beranjak ke Brussel.
Hasil lawatan tersebut adalah negara-negara Uni Eropa siap membantu Inggris untuk memberi penjelasan dan jaminan mengenai hak-hak Negeri Ratu Elizabeth saat sudah resmi bercerai pada 29 Maret 2019. Namun, pintu renegosiasi tetap tertutup.
"Tidak ada ruang atau apa pun untuk renegosiasi. Namun tentu ada ruang untuk memberikan klarifikasi dan interpretasi tanpa membuka kembali kesepakatan yang ada. Kesepakatan yang sudah dicapai adalah yang terbaik, satu-satunya opsi yang tersedia," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker, mengutip Reuters.
Tak cukup disitu, BBC melaporkan pada hari Selasa bahwa anggota parlemen dari Partai Konservatif sudah menyerahkan surat yang cukup untuk memicu digelarnya pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap kemimpinan May.
Konfirmasi mengenai digelar atau tidaknya pemungutan suara atas mosi tidak percaya bisa datang hari ini juga.
Berbagai sentimen negatif yang ada sangat mungkin membuat IHSG mengakhiri hari di zona merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA