Investor Asing Masih Sibuk Jualan, IHSG Bisa Menguat 0,52%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 December 2018 12:47
Investor Asing Masih Sibuk Jualan, IHSG Bisa Menguat 0,52%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari dengan menguat sebesar 0,35% ke level 6.097,73, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi 1 dengan memperlebar penguatannya menjadi 0,52% ke level 6.108,26.

IHSG berhasil mengekor bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 2,01%, indeks Shanghai naik 0,2%, indeks Hang Seng naik 1,54%, indeks Strait Times naik 0,88%, dan indeks Kospi naik 1,2%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,39 triliun dengan volume sebanyak 6,84 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 259.335 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi kenaikan IHSG adalah: PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+5,16%), PT Astra International Tbk/ASII (+0,92%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+0,83%), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+4,32%), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (+3,88%).

Perkembangan terkait dengan perang dagang AS-China yang positif mengangkat kinerja bursa saham Asia.

Kemarin (11/12/2018), Wakil Perdana Menteri China, Liu He, telah berbicara melalui telepon dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer. Beijing dan Washington tengah menyusun rencana kerja sebagai tindak lanjut kesepakatan yang dibuat oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden China di Xi Jinping di Argentina awal bulan ini.

"Kedua pihak (Liu dan Mnuchin-Lighthizer) bertukar pandangan mengenai implementasi dari konsensus yang dibuat oleh para pemimpin negara. Kedua pihak juga mendorong percepatan jadwal dan peta jalan (roadmap) pembicaraan di tingkat selanjutnya," sebut keterangan Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters.

Mengutip Wall Street Journal, Liu disebut-sebut akan bertandang ke Washington setelah Tahun Baru. Liu akan membahas tindak lanjut dari kesepakatan Trump-Xi di Buenos Aires bersama Mnuchin dan Lighthizer.

Lebih lanjut, China dikabarkan siap memangkas bea masuk bagi impor mobil asal AS dari 40% menjadi 15%, seperti dikutip dari Reuters. Sumber di lingkaran dalam pemerintah China mengungkapkan proposal tersebut akan dibahas di level kabinet dalam waktu dekat.

Sebelumnya, sebagai bagian dari balasan atas bea masuk yang dikenakan oleh AS, China membebankan bea masuk ekstra sebesar 25% bagi mobil-mobil pabrikan AS yang masuk ke negaranya sehingga total tarifnya menjadi 40%.

Pertemuan antara Trump dengan Xi sempat menimbulkan kekhawatiran lantaran masing-masing negara memiliki pernyataan versinya sendiri yang menempatnya dirinya sebagai 'pemenang'.

Perbedaan tersebut meliputi tenggat waktu 90 hari untuk menyelesaikan konflik dagang serta klaim dari Trump yang menyatakan bahwa China akan meningkatkan pembelian produk-produk agrikultur dari AS secepatnya.

Terkait dengan pembelian produk-produk agrikultur, hal ini nampaknya sudah terealisasi. Trump mengatakan bahwa China mulai memborong kedelai asal AS.

"Saya baru saja mendengar bahwa China membeli banyak kedelai. Ini mereka baru mulai, baru mulai," ungkap Trump. Gencarnya aksi jual investor asing tak membuat IHSG terjun ke zona merah. Per akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 436,4 miliar.

Lima besar saham yang paling banyak dilepas investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 129,7 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 46,4 miliar), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (Rp 42,6 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 40,9 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 37,4 miliar).

Pelemahan rupiah merupakan salah satu faktor yang memicu aksi jual investor asing. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,03% di pasar spot ke level Rp 14.600/dolar AS. Di satu sisi, aura damai dagang membuat pelaku pasar saham berbunga-bunga.

Namun ternyata, hal ini membawa dampak negatif bagi rupiah. Aura damai dagang membuat harga minyak mentah menguat cukup signifikan. Hingga tengah hari, harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2019 melejit 1,2% ke level US$ 52,27/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman Februari 2019 menguat 1,06% ke level US$ 60,84/barel.

Ketika AS dan China bisa mengakhiri perang dagang yang berkecamuk sepanjang tahun ini, maka arus perdagangan internasional bisa kembali pulih. Akibatnya, permintaan minyak mentah yang merupakan sumber energi utama juga akan ikut naik.

Bagi Indonesia yang merupakan negara net importir minyak, kenaikan harga tentu menjadi berita buruk. Pada kuartal-II dan III, Current Account Deficit (CAD) membengkak di atas 3% dari PDB, seiring dengan besarnya defisit dagang di pos minyak dan gas. Jika harga minyak terus saja naik, besar kemungkinan CAD pada kuartal-IV akan kembali tertekan.

Investor mengantisipasinya dengan melepas mata uang Garuda.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Waduh! Investor Asing Kabur dari 10 Emiten Kala IHSG Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular