Dari Posisi Puncak, Kini Rupiah Terlemah Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 December 2018 12:42
Dari Posisi Puncak, Kini Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sedang apes hari ini. Membuka perdagangan pasar spot dengan penguatan, rupiah justru berbalik melemah. 

Pada Rabu (12/12/2018) pukul 12:02 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.600. Rupiah melemah 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Padahal start rupiah lumayan meyakinkan dengan menguat 0,24% kala pembukaan pasar spot.

Namun setelah pembukaan pasar, apresiasi rupiah semakin menipis.
 Jelang tengah hari, rupiah resmi masuk jalur merah.


Hingga tengah hari ini, rupiah belum bisa melepaskan diri dari jerat depresiasi.
 Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sampai pukul 12:05 WIB: 

 

Saat pembukaan pasar, rupiah digdaya dan jadi mata uang terbaik Asia. Dalam hal penguatan di hadapan dolar AS, tidak ada yang mengalahkan rupiah.

Akan tetapi roda nasib berputar. Kala mayoritas mata uang Benua Kuning masih menguat terhadap greenback, hanya rupiah dan yen Jepang yang melemah.  

Rupiah pun turun peringkat dari pemuncak klasemen menjadi mata uang terlemah kedua Asia. Sementara yen terpuruk di peringkat terakhir. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:09 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Mayoritas mata uang Asia berhasil memanfaatkan minat investor yang sedang tinggi terhadap aset-aset berisiko. Maklum, ada sentimen positif signifikan bernama damai dagang AS-China. 

Dalam wawancara dengan Reuters, Presiden AS Donald Trump menyiratkan hubungan Washington-Beijing kini sedang memasuki masa bulan madu. Trump mengatakan bahwa China mulai memborong kedelai asal AS. Ini merupakan tindak lanjut dari pembicaraannya dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Argentina akhir bulan lalu. 

"Saya baru saja mendengar bahwa China membeli banyak kedelai. Ini mereka baru mulai, baru mulai," ungkapnya. 

Selain itu, Trump juga menegaskan bahwa China siap menurunkan tarif bea masuk untuk impor mobil asal AS dari 40% menjadi 15%. "Segera, sangat cepat," ujarnya. 

Oleh karena itu, Trump pun menepati janjinya dengan tidak menaikkan tarif bea masuk bagi produk-produk China. Sedianya tarif bea masuk bagi impor produk China senilai US$ 200 miliar akan naik dari 10% menjadi 25% pada 1 Januari 2015. "Saya tidak akan menaikkan bea masuk sampai terjadi kesepakatan," katanya. 

Berbagai perkembangan tersebut jelas menggambarkan bahwa damai dagang AS-China bukan sesuatu yang mustahil. Terbuka kemungkinan AS-China akan mengakhiri perang dagang yang memanas sejak awal tahun ini. 

Investor pun bergairah dan bersemangat memburu cuan. Aliran modal mengalir deras ke negara-negara berkembang di Asia, sehingga memperkuat mata uang. Sementara aset aman seperti yen ditinggalkan. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Namun rupiah tidak mampu memanfaatkan angin surga ini. Setidaknya ada dua faktor yang membuat rupiah masih tertinggal. 

Pertama adalah harga minyak. Pada pukul 12:15 WIB, harga minyak jenis brent melesat 1,16% sementara light sweet melompat 1,06%.  

Damai dagang AS-China menjadi sentimen utama pendongrak harga minyak. Ketika dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia tidak lagi saling hambat, maka arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global akan terangkat. Akibatnya, permintaan terhadap energi pun ikut naik dan mengatrol harga minyak. 


Rupiah memang sangat sensitif terhadap harga minyak. Maklum, Indonesia adalah negara net importir migas. Ketika harga minyak naik, maka biaya yang dikeluarkan untuk impor migas akan membengkak. 

Hasilnya adalah defisit transaksi berjalan (current account deficit) kemungkinan bakal semakin melebar. Saat pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa minim cenderung tekor, maka rupiah tentu bakal sulit menguat. 

Sementara faktor kedua yang menghambat rupiah adalah masih berlanjutnya aksi ambil untung (profit taking). Sejak akhir Oktober hingga awal Desember, rupiah memang menguat ugal-ugalan yaitu mencapai 6,93%. Nyaris 7%, bung. 

Penguatan yang terlalu tajam ini akhirnya mulai berbalik arah. Sejak 3 Desember hingga kemarin, rupiah melemah 2,47%. Koreksi rupiah belum sampai separuh dari penguatan yang terjadi sebelumnya. 



Kombinasi dua faktor tersebut cukup ampuh untuk membuat rupiah yang sempat terbang kembali terjerembab ke tanah. Derita rupiah belum berakhir, setidaknya sampai saat ini. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular