Trump Ancam Tutup Pemerintahan, Harga Obligasi Bakal Koreksi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
12 December 2018 09:06
Isu terakhir yang berkembang adalah adanya kemungkinan bahwa Tiongkok bersedia untuk mengurangi tarif impor produk otomotif AS menjadi sebesar 15% dari 40%.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi diprediksi akan bergerak bervariasi hari ini akibar beragam sentimen negatif dari global.

Dhian Karyantono, Amalis Fixed Income PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam risetnya mengatakan hal tersebut didorong oleh bauran sentimen positif dari cenderung meredanya perang dagang antara Tiongkok dengan AS, turunnya inflasi produsen AS (PPI) secara tahunan (YoY) maupun bulanan (MoM) serta penunjukkan gubernur baru Bank Sentral India (RBI).

"Namun demikian, sentimen positif tersebut diimbangi dengan masih mengambangnya kepastian terkait dengan Brexit, kemungkinan terjadinya government shutdown di AS, dan kenaikan harga minyak mentah dunia," ujar Dhian.

Terkait sentimen-sentimen tersebut, secara umum tekanan dari harga SUN masih dipicu oleh sentimen-sentimen global di antaranya kekhawatiran pasar terhadap perkembangan Brexit di mana ada indikasi bahwa UE menolak untuk melakukan renegosiasi dengan UK terkait dengan kesepakatan Brexit khususnya terkait dengan kebijakan Backstop.

Selain itu, ada sentimen yang berasal dari ancaman Trump untuk menghentikan kegiatan pemerintahannya (government shutdown) jika pembiayaan terkait tembok batas (border wall) dengan Meksiko tidak disetujui oleh Kongres mengeliminir sentimen positif dari perkembangan kesepakatan dagang antara AS dengan Tiongkok.

Isu terakhir yang berkembang adalah adanya kemungkinan bahwa Tiongkok bersedia untuk mengurangi tarif impor produk otomotif AS menjadi sebesar 15% dari sebelumnya sebesar 40%.

Bauran isu global tersebut mendorong indeks dolar AS meningkat dibandingkan dengan hari sebelumnya ke kisaran 97,39 poin (sebelumnya 97,22 poin).

Sementara itu, yield US Treasury khususnya tenor 10 tahun meningkat tipis ke level 2,88% dibandingkan dengan hari sebelumnya di kisaran 2,86% yang didorong oleh kenaikan harga minyak mentah dunia pada perdagangan global semalam namun dibatasi oleh turunnya inflasi produsen AS (PPI) per November 2018.

Harga minyak untuk kategori WTI naik sebesar 1,27% ke level $51,65 per barel sementara Brent naik sebesar 0,38% ke level $60,2 per barel merespon kemungkinan pengurangan tarif impor produk otomotif AS oleh Tiongkok dan adanya disrupsi produksi minyak mentah di Libya. Di sisi lain, inflasi produsen AS (PPI) per November 2018 turun ke level 0,1% (MoM) dan 2,5% (YoY) dibandingkan bulan sebelumnya.

Untuk itu, lanjut Dhian, perseroan merekomendasikan investor untuk membeli seri-seri SUN yang cenderung likuid seperti FR0063, FR0077, FR0064, FR0078, FR0065, FR0072, dan FR0078.

Sementara beberapa alternatif lain meski tidak terlalu likuid adalah FR0061, FR0071, FR0056, FR0070, FR0058, FR0054, FR0074, dan FR0076.

Untuk rupiah hari ini, Dhian memprediksi akan bergerak fluktuatif di kisaran Rp14.545 - 14.645.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Pemerintah Cari Utang Dolar Lagi, Uangnya Buat Buyback

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular