Rupiah Loyo di Kurs Acuan, Teraniaya di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 December 2018 10:36
Rupiah Loyo di Kurs Acuan, Teraniaya di Pasar Spot
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs acuan. Rupiah juga tidak berdaya di hadapan greenback di pasar spot. 

Pada Selasa (11/12/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.613. Rupiah melemah 0,66% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. 

Padahal rupiah sempat menguat 0,15% di kurs acuan pada perdagangan kemarin. Penguatan kemarin memutus rangkaian depresiasi rupiah selama 4 hari beruntun. 

 

Nasib rupiah di pasar spot juga teraniaya. Pada pukul 10:08 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.625 di mana rupiah melemah 0,52% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Rupiah pun menyentuh posisi terlemahnya sejak 15 November. 


Di Asia, dolar AS bergerak variatif. Selain rupiah, mata uang yang melemah adalah yuan China, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan peso Filipina. Namun dengan pelemahan 0,52%, rupiah semakin memantapkan posisi sebagai mata uang dengan depresiasi terdalam di Benua Kuning. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 10:12 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah tertekan akibat aksi jual di pasar keuangan domestik. Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 114,22 miliar yang mengantarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,59% pada pukul 10:14 WIB. 


Sedangkan di pasar obligasi, aksi pelepasan terlihat dari peningkatan imbal hasil (yield). Saat yield naik, artinya harga obligasi sedang turun akibat maraknya aksi jual. 

Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah berbagai tenor pada pukul 10: 16 WIB: 



Investor sedang menghindari aset-aset berbasis rupiah karena faktor eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal, kenaikan harga minyak menjadi beban bagi mata uang Tanah Air. 

Pada pukul 10:19 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,41% sementara light sweet bertambah 0,43%. Harga minyak perlahan terkerek setelah sempat anjlok di kisaran 20% dalam sebulan. 

Selain prospek damai dagang AS-China, kenaikan harga si emas hitam juga didorong oleh hambatan ekspor yang dialami Libya. Kelompok separatis menduduki ladang minyak El Sharara. Ladang ini merupakan yang terbesar di Libya, dengan produksi 315.000 barel/hari. 

Bagi Indonesia, kenaikan harga minyak adalah berita buruk. Sebagai negara net importir migas, kenaikan harga minyak akan membuat beban impor kian membengkak. Akibatnya defisit transaksi transaksi berjalan menjadi semakin menganga dan rupiah kehilangan pijakan untuk menguat. 

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) merilis penjualan ritel pada Oktober hanya tumbuh 2,9% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 4,8% YoY. Penjualan ritel sudah melambat selama 2 bulan beruntun.


Ini bisa diartikan bahwa masih ada masalah dalam konsumsi dan daya beli rumah tangga. Padahal konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh dalam pembetukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Ketika konsumsi melambat, maka pertumbuhan ekonomi niscaya akan ikut terseret.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular