
Dolar AS Mencium Bau Darah, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 December 2018 08:49

Kemudian dari dalam negeri, data ekonomi terbaru tidak mengutungkan rupiah. Bank Indonesia (BI) merilis penjualan ritel pada Oktober hanya tumbuh 2,9% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 4,8% YoY. Penjualan ritel sudah melambat selama 2 bulan beruntun.
Ini bisa diartikan bahwa masih ada masalah dalam konsumsi dan daya beli rumah tangga. Padahal konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh dalam pembetukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Ketika konsumsi melambat, maka pertumbuhan ekonomi niscaya akan ikut terseret.
Belum lagi faktor ambil untung yang masih menghantui rupiah. Meski hari ini melemah, tetapi dalam sebulan terakhir rupiah masih menguat 1,42% di hadapan dolar AS.
Bagi sebagian investor (terutama asing), angka ini sudah cukup menarik untuk mencairkan cuan. Akibatnya rupiah menjadi rawan terkena aksi jual sehingga risiko depresiasi masih tetap membayangi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Ini bisa diartikan bahwa masih ada masalah dalam konsumsi dan daya beli rumah tangga. Padahal konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari separuh dalam pembetukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Ketika konsumsi melambat, maka pertumbuhan ekonomi niscaya akan ikut terseret.
Belum lagi faktor ambil untung yang masih menghantui rupiah. Meski hari ini melemah, tetapi dalam sebulan terakhir rupiah masih menguat 1,42% di hadapan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular