
Tekanan Jual Mereda, Wall Street Akan Dibuka Naik Tipis
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 December 2018 21:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini, walaupun tipis saja: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 24 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan naik masing-masing sebesar 3 dan 13 poin.
Tekanan jual yang sudah begitu kencang menerpa dalam beberapa waktu terakhir nampak sudah mereda. Sepanjang pekan lalu, indeks Dow Jones anjlok 4,5%, indeks S&P 500 ambruk 4,6%, dan indeks Nasdaq Composite terpangkas 4,93%. Koreksi yang begitu dalam sepanajng minggu lalu membuat indeks Dow Jones dan S&P 500 kini membukukan imbal hasil negatif secara year-to-date.
Dari sisi sentimen, kondisinya sebenarnya kurang kondusif untuk melakukan aksi beli di pasar saham.
Indikasi datangnya resesi di AS masih terlihat dari pergerakan di pasar obligasi. Pada tanggal 4 Desember 2018, terjadi inversi spread imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps). Pada perdagangan hari ini, posisinya masih sama yakni sebesar 2 bps.
Sementara itu, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun yang dianggap sebagai konfirmasi datangnya krisis terus saja menipis, walaupun angkanya masih negatif (inversi belum terjadi). Per awal bulan lalu, nilainya adalah sebesar -82 bps. Kini, nilainya tersisa -47 bps saja.
Kemudian, sentimen negatif lainnya datang dari kabar bahwa Perdana Menteri Inggris Theresa May menunda pemungutan suara di parlemen terkait dengan kesepakatan Brexit yang sebelumnya sudah disetujui dengan Uni Eropa. Sejatinya, pemungutan suara ini akan digelar besok (11/12/2018).
Hal ini kemungkinan dilakukan May lantaran dirinya ingin mencoba mendapatkan kesepakatan yang lebih baik lagi dari Uni Eropa, guna memenangkan hati anggota parlemen. Masalahnya, pihak Uni Eropa sudah memperingatkan bahwa kesepakatan yang saat ini ada merupakan yang terbaik.
"Mereka yang berpikir bahwa dengan menolak kesepakatan ini bisa mendapat yang lebih baik, maka akan kecewa. Ini adalah kesepakatan yang terbaik," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker beberapa waktu yang lalu.
Negosiasi lanjutan dengan Uni Eropa dipastikan akan berlangsung dengan sulit. Besar kemungkinan Inggris tak mendapatkan kesepakatan yang lebih baik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/gus) Next Article Trio Inflasi-Resesi-Fed Biang Kerok, Wall Street Kebakaran!
Tekanan jual yang sudah begitu kencang menerpa dalam beberapa waktu terakhir nampak sudah mereda. Sepanjang pekan lalu, indeks Dow Jones anjlok 4,5%, indeks S&P 500 ambruk 4,6%, dan indeks Nasdaq Composite terpangkas 4,93%. Koreksi yang begitu dalam sepanajng minggu lalu membuat indeks Dow Jones dan S&P 500 kini membukukan imbal hasil negatif secara year-to-date.
Dari sisi sentimen, kondisinya sebenarnya kurang kondusif untuk melakukan aksi beli di pasar saham.
Sementara itu, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun yang dianggap sebagai konfirmasi datangnya krisis terus saja menipis, walaupun angkanya masih negatif (inversi belum terjadi). Per awal bulan lalu, nilainya adalah sebesar -82 bps. Kini, nilainya tersisa -47 bps saja.
Kemudian, sentimen negatif lainnya datang dari kabar bahwa Perdana Menteri Inggris Theresa May menunda pemungutan suara di parlemen terkait dengan kesepakatan Brexit yang sebelumnya sudah disetujui dengan Uni Eropa. Sejatinya, pemungutan suara ini akan digelar besok (11/12/2018).
Hal ini kemungkinan dilakukan May lantaran dirinya ingin mencoba mendapatkan kesepakatan yang lebih baik lagi dari Uni Eropa, guna memenangkan hati anggota parlemen. Masalahnya, pihak Uni Eropa sudah memperingatkan bahwa kesepakatan yang saat ini ada merupakan yang terbaik.
"Mereka yang berpikir bahwa dengan menolak kesepakatan ini bisa mendapat yang lebih baik, maka akan kecewa. Ini adalah kesepakatan yang terbaik," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker beberapa waktu yang lalu.
Negosiasi lanjutan dengan Uni Eropa dipastikan akan berlangsung dengan sulit. Besar kemungkinan Inggris tak mendapatkan kesepakatan yang lebih baik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/gus) Next Article Trio Inflasi-Resesi-Fed Biang Kerok, Wall Street Kebakaran!
Most Popular