
Aura Dovish dari The Fed Bawa Bursa Saham Asia Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 December 2018 18:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri hari di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,82%, indeks Shanghai naik 0,03%, dan indeks Kospi naik 0,34%. Sementara itu, indeks Hang Seng melemah 0,35% dan indeks Strait Times melemah 0,14%.
Aksi beli di bursa saham regional dipicu oleh indikasi bahwa The Federal Reserve makin ragu-ragu dalam mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuannya. Wall Street Journal melaporkan bahwa The Fed sedang mempertimbangkan untuk memberikan sinyal wait-and-see terkait kenaikan suku bunga acuan pada pertemuannya bulan ini, seperti dikutip dari CNBC International.
Laporan tersebut menyebut bahwa The Fed tidak tahu apa langkah mereka selanjutnya setelah pertemuan bulan ini.
Lantas, hal ini semacam memberikan konfirmasi bahwa stance dari The Fed sudah mengarah ke dovish. Sebelumnya, pernyataan yang mengindikasikan hal tersebut sempat dilontarkan oleh sang gubernur, Jerome Powell, serta wakilnya, Richard Clarida.
Apalagi, data-data ekonomi di AS juga mengonfirmasi bahwa tekanan sedang menerpa perekonomian AS. Penciptaan lapangan kerja non-pertanian versi ADP misalnya, diumumkan hanya sebanyak 179.000 untuk periode November, jauh di bawah konsensus Reuters yang sebanyak 195.000. Jumlah itu juga jatuh dari capaian bulan sebelumnya sebesar 225.000.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 7 Desember 2018, pelaku pasar hanya memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 1 kali (25 bps) pada tahun 2019, dengan asumsi ada kenaikan sebesar 25 bps pada bulan ini.
Probabilitas untuk kenaikan sebanyak 1 kali saja tahun depan adalah sebesar 36,9%, naik dari posisi 1 bulan lalu sebesar 25,6%.
Di sisi lain, probabilitas kenaikan sebanyak 3 kali (75 bps) hanya tersisa 4,2%, ambruk dari posisi 1 bulan yang lalu sebesar 21,6%.
Namun, ada risiko yang membatasi penguatan bursa saham Asia, bahkan berhasil menyeret indeks Hang Seng dan Strait Times melemah. Baru-baru ini, Kanada telah menahan Chief Financial Officer (CFO) Huawei global Meng Wanzhou di Vancouver. Dirinya kini menghadapi kemungkinan ekstradisi ke AS atas dugaan melanggar sanksi AS terhadap Iran.
"Baru-baru ini, CFO kami, Meng Wanzhou, ditahan oleh Otoritas Kanada atas nama AS yang ingin mengekstradisi Meng Wanzhou untuk menghadapi tuntutan hukum yang tidak dijelaskan di Distrik Timur New York, saat ia sedang menunggu penerbangan lanjutan di Kanada," tulis Huawei dalam sebuah pernyataan.
Perkembangan terbaru, ternyata Meng Wanzhou ditahan seiring dengan investigasi AS terkait dengan penggunaan sistem perbankan global oleh Huawei untuk menghindari sanksi AS terhadap Iran. Salah satu bank yang terjebak dalam investigasi ini adalah HSBC.
Kasus ini lantas berpeluang kembali menyulut ketegangan Washington-Beijing. Kini, risiko terjadinya deadlock pada negosiasi dagang AS-China justru semakin besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Alert! Bursa Saham Eropa 'Kebakaran'...
Aksi beli di bursa saham regional dipicu oleh indikasi bahwa The Federal Reserve makin ragu-ragu dalam mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuannya. Wall Street Journal melaporkan bahwa The Fed sedang mempertimbangkan untuk memberikan sinyal wait-and-see terkait kenaikan suku bunga acuan pada pertemuannya bulan ini, seperti dikutip dari CNBC International.
Laporan tersebut menyebut bahwa The Fed tidak tahu apa langkah mereka selanjutnya setelah pertemuan bulan ini.
Apalagi, data-data ekonomi di AS juga mengonfirmasi bahwa tekanan sedang menerpa perekonomian AS. Penciptaan lapangan kerja non-pertanian versi ADP misalnya, diumumkan hanya sebanyak 179.000 untuk periode November, jauh di bawah konsensus Reuters yang sebanyak 195.000. Jumlah itu juga jatuh dari capaian bulan sebelumnya sebesar 225.000.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 7 Desember 2018, pelaku pasar hanya memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 1 kali (25 bps) pada tahun 2019, dengan asumsi ada kenaikan sebesar 25 bps pada bulan ini.
Probabilitas untuk kenaikan sebanyak 1 kali saja tahun depan adalah sebesar 36,9%, naik dari posisi 1 bulan lalu sebesar 25,6%.
Di sisi lain, probabilitas kenaikan sebanyak 3 kali (75 bps) hanya tersisa 4,2%, ambruk dari posisi 1 bulan yang lalu sebesar 21,6%.
Namun, ada risiko yang membatasi penguatan bursa saham Asia, bahkan berhasil menyeret indeks Hang Seng dan Strait Times melemah. Baru-baru ini, Kanada telah menahan Chief Financial Officer (CFO) Huawei global Meng Wanzhou di Vancouver. Dirinya kini menghadapi kemungkinan ekstradisi ke AS atas dugaan melanggar sanksi AS terhadap Iran.
"Baru-baru ini, CFO kami, Meng Wanzhou, ditahan oleh Otoritas Kanada atas nama AS yang ingin mengekstradisi Meng Wanzhou untuk menghadapi tuntutan hukum yang tidak dijelaskan di Distrik Timur New York, saat ia sedang menunggu penerbangan lanjutan di Kanada," tulis Huawei dalam sebuah pernyataan.
Perkembangan terbaru, ternyata Meng Wanzhou ditahan seiring dengan investigasi AS terkait dengan penggunaan sistem perbankan global oleh Huawei untuk menghindari sanksi AS terhadap Iran. Salah satu bank yang terjebak dalam investigasi ini adalah HSBC.
Kasus ini lantas berpeluang kembali menyulut ketegangan Washington-Beijing. Kini, risiko terjadinya deadlock pada negosiasi dagang AS-China justru semakin besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Alert! Bursa Saham Eropa 'Kebakaran'...
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular